Puisi: Sarinah (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Sarinah" karya Esha Tegar Putra menggambarkan kota dan kehidupan di dalamnya melalui deskripsi yang penuh dengan imajinasi dan keintiman.
Sarinah

Pada pangkal ketiakmu aku temukan kota mengerut serupa kulit limau purut, Sarinah. Plaza empat puluh tingkat berarsitektur paruh unggas berdiri tegas. Pohon-pohon tumbuh hitam dengan daun tertabur serbuk garam. Kota dengan daratan tiap sebentar turun dikepung air naik ketika gerak gelombang ditarik bulan datang. Kota dengan dinding kedai kopi, kedai nasi, hingga kedai lemang memajang potret orang tua alim lagi bertuah buat menarik orang datang membeli barang. "Belikan kutang, uda. Sehelai kutang baru dengan ragi kain sematang daging mengkudu."

Dan bengkak dadamu itu serupa tandan kelapa muda dibuai-buai angin limbubu. Puncak sebuah malam dengan tembakan laser gagal membikin bubar iringan awan menggumpal. Getar dadamu itu hasrat purba kuda jantan disiarkan gelombang radio ke arah dusun paling dusun. Aku temukan kota, Sarinah, dari pangkal ketiak hingga bengkak dadamu mengerut serupa seulas papan berulang terapung dan terbenam dipiuh deras arus muara. "Jangankan sehelai kutang, Sarinah. Di langit akan kuputus gantungan bulan, di laut akan kusauk gulungan gelombang, agar kutang seisi kedai itu kau bungkus kau bawa pulang!"

Leher panjangmu itu membuatku berdiri tegak meneropong kota dari ketinggian. Aku melihat kaum penggila emas penggila suasa memberi nama-nama asing untuk setiap gundukan tanah pasir terungguk, serta batu-batu terserak. Kaum dengan kegemaran memandangi air tergenang. Mereka berhimpun dimana ada air tergenang merencanakan siasat bercinta paling gila sambil mengudap goreng pisang raja. Segala padamu adalah takdir dari kota ini, Sarinah. Kota dengan sepasang patung bengkuang gadang terjepit kerampang ditegakkan di gerbang kedatangan dan gerbang kepergian. "Kulit dalam bajuku mengerut, uda, kutang baru dengan lingkaran logam pelancar aliran darah dan pengencang kulit dijual murah di kedai sebelah."

2015

Analisis Puisi:

Puisi "Sarinah" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya yang kaya akan metafora dan simbolisme, menggambarkan kota dan kehidupan di dalamnya melalui deskripsi yang penuh dengan imajinasi dan keintiman. Dalam puisi ini, Esha menggunakan tubuh seorang perempuan, Sarinah, sebagai metafora untuk menggambarkan berbagai aspek kehidupan urban dan budaya.

Tema dan Makna

  • Personifikasi Kota sebagai Tubuh Sarinah: Tema utama dalam puisi ini adalah personifikasi kota sebagai tubuh seorang perempuan bernama Sarinah. Melalui deskripsi tubuh Sarinah, Esha menggambarkan kota dengan segala dinamikanya, dari bangunan-bangunan tinggi hingga aktivitas sehari-hari warganya.
  • Ketegangan antara Tradisi dan Modernitas: Puisi ini juga mengandung tema ketegangan antara tradisi dan modernitas. Misalnya, bangunan-bangunan modern berarsitektur tinggi digambarkan bersama dengan kedai-kedai tradisional yang memajang potret orang tua alim. Ini mencerminkan bagaimana elemen-elemen modern dan tradisional hidup berdampingan dalam kota.
  • Kehidupan Sosial dan Ekonomi: Esha menggunakan deskripsi aktivitas sehari-hari, seperti kedai kopi dan pasar, untuk menggambarkan kehidupan sosial dan ekonomi kota. Melalui dialog dan permintaan Sarinah, terlihat bagaimana ekonomi lokal berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.

Gaya dan Teknik Puitis

  • Metafora Tubuh: Puisi ini penuh dengan metafora yang menghubungkan tubuh Sarinah dengan elemen-elemen kota. Misalnya, pangkal ketiak Sarinah digambarkan sebagai kota yang mengerut seperti kulit limau purut, dan bengkak dadanya digambarkan seperti tandan kelapa muda. Metafora ini menciptakan gambar visual yang kuat dan memberikan kedalaman pada deskripsi kota.
  • Simbolisme: Simbolisme juga berperan penting dalam puisi ini. Elemen-elemen seperti pangkal ketiak, bengkak dada, dan leher panjang Sarinah semuanya memiliki makna simbolis yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan kota. Misalnya, bengkak dada Sarinah dapat melambangkan keinginan dan hasrat yang ada di kota, sementara leher panjangnya mungkin melambangkan ambisi dan pandangan jauh ke depan.
  • Deskripsi Visual yang Kaya: Puisi ini dipenuhi dengan deskripsi visual yang kaya dan detail. Esha menggunakan bahasa yang penuh warna dan tekstur untuk menggambarkan kota, seperti "bangunan berarsitektur paruh unggas," "pohon hitam dengan daun tertabur serbuk garam," dan "perahu-perahu dari patahan kesturi." Deskripsi ini tidak hanya menciptakan gambar visual yang kuat tetapi juga memberikan suasana dan nuansa pada puisi.
  • Dialog dan Narasi: Penggunaan dialog dalam puisi ini memberikan dimensi tambahan pada karakter Sarinah dan interaksinya dengan lingkungannya. Dialog ini juga menambahkan elemen cerita pada puisi, menggambarkan permintaan dan harapan Sarinah serta tanggapan sang uda.
Puisi "Sarinah" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya yang memadukan metafora tubuh dan personifikasi kota untuk menggambarkan kehidupan urban dengan cara yang imajinatif dan mendalam. Melalui deskripsi visual yang kaya dan penggunaan simbolisme, Esha berhasil menangkap esensi kota dan dinamika kehidupan di dalamnya. Tema ketegangan antara tradisi dan modernitas, serta kehidupan sosial dan ekonomi, memberikan kedalaman tambahan pada puisi ini, menjadikannya karya yang kaya dan berlapis makna.

Esha Tegar Putra
Puisi: Sarinah
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.