Puisi: Pukau Sijontiak (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Pukau Sijontiak" karya Esha Tegar Putra mengundang pembaca untuk menjelajahi nuansa kegelapan dan keajaiban yang tersembunyi di dalamnya.
Pukau Sijontiak*

di bukit batu, miang terhantar ke sepenjuru angin
daun dikepung burung-burung
batang kayu gadang diukur lumut, sampai ke pucuk
dan di dahannya,
sisik ular lidi masih menyangkut
serupa ingin terus memagut sepi
yang berebut maut

sesiapakah kau, hoi... perempuan penghela pitunang
dari tahah lembah?
“ada geliat aneh
di mata perempuan itu
(yang rambutnya setumit,
yang setiap petang turun
ia berleha-leha di lebuh jalan)
matanya menyimpan
pukau dahsyat
pukau dendam
yang dipendam dalam sebuah diam

perempuan itu—yang rambutnya setumit,
penyebar miang-miang gaib pada tubuh lelaki.
pastinya kau si pukau jontiak
yang menuntut tuah di bukit batu.
kau bersepakat dengan raja malam; melalui ngiau
kucing hitam, cericit murai lembah,
bahkan isyarat sayap kumbang,
kau kirimkan ke setiap lelaki
yang bayangnya berkejaran di matamu.

sungguh pukaumu selalu bermain
lewat jam malam
dari dasar lembah tuahmu bangkit.

di bukit batu, miang dihantar angin
dan kau bermandi, di pincuran talang,
serupa ingin mewakili dewi khayangan

perempuan itu—yang rambutnya setumit,
hebatkah kau dikira dalam hitam pesan?
tapi geliat anehmu mulai disebat bulan lima belas
“dan bukankah sebentar lagi
kau bakal memasang salempang badan
serupa baju zirah
buat berkelumun
dengan tubuh-tubuh lelaki siap perang.”

tubuhmu, juga tubuhnya, mengendap lambat
di kelumunan salempang

dalam malam geliatmu terkebat erat
di tancapan pasak kayu gadang ratusan tahun

maka,
akan kausebut kekasih labuhan jantung
tempat segala tuah dipulangkan.
dan bukit batu, lembah kebangkitan sepakatmu
dengan raja malam,
semuanya bakal berubah jadi semacam aliran air mata
aliran yang airnya hilang begitu saja

Solok biobio, 2008

Catatan:
Pukau Sijontiak = Lirikan yang membuat lelaki penurut.

Analisis Puisi:

Puisi "Pukau Sijontiak" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan imaji alam dan kekuatan magis yang menggambarkan kekuatan perempuan secara mistis dan misterius. Dengan penggunaan bahasa yang kaya akan imaji dan metafora, puisi ini mengundang pembaca untuk menjelajahi nuansa kegelapan dan keajaiban yang tersembunyi di dalamnya.

Tema dan Motif

Puisi ini mencakup beberapa tema utama, antara lain kekuatan magis perempuan, hubungan dengan alam, dan pertanyaan eksistensial tentang identitas dan peran dalam kehidupan. Motif-motif seperti bukit batu, angin, daun, burung-burung, dan serangkaian gambaran alam lainnya memperkuat nuansa mistis dan keajaiban yang ada dalam puisi ini.

Gaya Bahasa dan Imaji

Gaya bahasa yang digunakan sangat khas dengan penggunaan imaji-imaji yang kuat dan gambaran-gambaran yang jelas. Misalnya, "batang kayu gadang diukur lumut, sampai ke pucuk" memberikan gambaran tentang usia dan keabadian, sementara "sisik ular lidi masih menyangkut / serupa ingin terus memagut sepi" menciptakan suasana yang mencekam dan puitis.

Struktur dan Penyusunan Teks

Puisi ini memiliki struktur yang terorganisir dengan baik meskipun tidak terikat pada pola tertentu. Terdapat penggunaan strophe yang tidak simetris dan jeda-jeda yang memberikan kesan ritmisitas dan dramatis. Pemilihan kata-kata yang kuat mendukung intensitas puisi dalam menyampaikan pesan-pesan yang tersembunyi di dalamnya.

Makna dan Interpretasi

Interpretasi puisi ini bisa ditafsirkan sebagai cerminan tentang kekuatan perempuan yang dalam, yang tidak hanya terlihat dari fisiknya tetapi juga dari kekuatan spiritual dan magisnya. Puisi ini menggambarkan perempuan sebagai sosok yang memiliki pukau atau daya tarik magis yang mampu menghipnotis atau mempengaruhi lelaki. Di sisi lain, puisi juga menghadirkan pertanyaan tentang harga diri, identitas, dan peran dalam konteks yang lebih luas, seperti dalam hubungannya dengan alam semesta dan kekuatan-kekuatan gaib.

Puisi "Pukau Sijontiak" adalah puisi yang menarik dan memikat dengan imaji-imaji yang kuat dan gaya bahasa yang khas. Esha Tegar Putra berhasil menciptakan atmosfer yang misterius dan membingkai perempuan dalam konteks kekuatan magis dan keindahan alam. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang kekuatan yang tersembunyi di balik kediaman sehari-hari dan hubungan yang rumit antara manusia dengan alam serta dengan diri mereka sendiri.

Dengan demikian, "Pukau Sijontiak" tidak hanya sekadar rangkaian kata-kata, tetapi juga sebuah perjalanan ke dalam dunia mistis dan spiritual yang membawa pembaca untuk menjelajahi kekuatan dan kegelapan yang ada di dalam diri dan sekitar mereka.

Esha Tegar Putra
Puisi: Pukau Sijontiak
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.