Puisi: Penari Piring (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Penari Piring" karya Esha Tegar Putra mengandung nuansa budaya yang kaya, menggambarkan tradisi dan makna di balik tarian piring yang ....
Penari Piring

berulang kali diri membilang bunyi piring diketuk kulit damar
saluang ditiup pula oleh para penghela dendang. di mana rahasia
kejadian lama disurukkan? di salempang induk beras, di kopiah
tuan kopi, atau di saku baju para penggetah burung rimba?

dan masih suara piring diketuk kulit damar, tingkah-bertingkah
dendang tanjung sani dinyanyikan. tapi alamat diri tetap hilang
terbuang di panjangnya jalan. jalan yang bertarian dua badan
nan dipisah antara rantau dan kampung. apakah itu
bayangan laut tempat pecahan piring diserakkan?

Kandangpadati, 2008

Analisis Puisi:

Puisi "Penari Piring" karya Esha Tegar Putra mengandung nuansa budaya yang kaya, menggambarkan tradisi dan makna di balik tarian piring yang terkenal dalam budaya Minangkabau. Puisi ini menggabungkan elemen-elemen sejarah, tradisi, dan perenungan pribadi untuk menciptakan gambaran mendalam tentang identitas dan kehilangan.

Tema dan Makna

  • Tradisi dan Budaya: Tema utama puisi ini adalah penggambaran tradisi tari piring, yang merupakan bagian integral dari budaya Minangkabau. Esha menghidupkan bunyi piring yang diketuk kulit damar dan suara saluang yang ditiup, menciptakan atmosfer yang penuh dengan kehidupan dan keindahan budaya.
  • Pencarian Identitas: Di balik deskripsi budaya, ada pencarian identitas yang mendalam. Penyair merenungkan di mana "rahasia kejadian lama" disimpan. Apakah itu di salempang induk beras, di kopiah tuan kopi, atau di saku baju para penggetah burung rimba? Ini mencerminkan pencarian akan akar dan jati diri yang mungkin tersembunyi dalam elemen-elemen budaya.
  • Dualitas Rantau dan Kampung: Puisi ini juga mengeksplorasi tema dualitas antara rantau dan kampung, menggambarkan jalan yang memisahkan dua badan. Ini mencerminkan pengalaman diaspora dan perasaan terpisah dari tanah kelahiran, serta bayangan laut yang mungkin melambangkan jarak dan keterpisahan.

Gaya dan Teknik Puitis

  • Penggunaan Bunyi: Esha menggunakan bunyi sebagai elemen penting dalam puisi ini. Bunyi piring yang diketuk kulit damar dan suara saluang yang ditiup menciptakan irama yang khas, mencerminkan keindahan dan ritme dari tari piring itu sendiri. Ini juga menghidupkan kembali suasana pertunjukan tari dalam benak pembaca.
  • Simbolisme: Simbolisme dalam puisi ini sangat kuat, dengan piring dan kulit damar melambangkan tradisi dan warisan budaya. Salempang induk beras, kopiah tuan kopi, dan saku baju para penggetah burung rimba melambangkan berbagai aspek kehidupan dan identitas budaya yang mungkin menyimpan rahasia dan kenangan masa lalu.
  • Pertentangan dan Dualitas: Pertentangan antara rantau dan kampung, serta bayangan laut yang memisahkan, menciptakan tema dualitas yang mendalam. Ini mencerminkan perasaan terbelah dan keterpisahan yang sering dirasakan oleh mereka yang hidup di diaspora atau jauh dari tanah kelahiran.
  • Imaji Visual dan Auditori: Esha menggunakan imaji visual dan auditori dengan sangat efektif. Gambaran piring diketuk kulit damar dan suara saluang menciptakan visual dan suara yang hidup, sementara pertanyaan-pertanyaan reflektif mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam di balik tradisi dan identitas.
Puisi "Penari Piring" karya Esha Tegar Putra adalah puisi yang kaya akan simbolisme dan makna budaya. Melalui penggunaan bunyi, simbolisme, dan tema dualitas, Esha menciptakan sebuah karya yang tidak hanya menggambarkan keindahan tradisi tari piring tetapi juga menggali dalam pencarian identitas dan makna dalam kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan akar budaya mereka dan hubungan mereka dengan tanah kelahiran, serta bagaimana tradisi dapat menjadi pengingat akan jati diri di tengah dunia yang terus berubah.

Esha Tegar Putra
Puisi: Penari Piring
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.