Sumber: Impian Usai (2007)
Analisis Puisi:
Puisi "Pantai Ancol" karya Wayan Jengki Sunarta memaparkan perjalanan ke pantai sebagai metafora dari perjalanan hidup yang tak selalu sesuai harapan. Penyair mengekspresikan kesan yang cukup dalam tentang kekecewaan, nostalgia, dan rasa kosong yang melingkupi pengalaman mengunjungi Pantai Ancol.
Perjalanan Fisik dan Spiritual: Perjalanan ke Pantai Ancol tidak hanya sebuah perjalanan fisik, tapi juga perjalanan spiritual. Pantai dipandang sebagai tempat istimewa yang dulu diharapkan akan membawa kegembiraan dan kenangan manis. Namun, harapan ini tidak sepenuhnya terwujud.
Nostalgia dan Kekecewaan: Penyair menciptakan suasana nostalgia dengan mempertegas bahwa "warna laut masih seperti dulu". Namun, kesan nostalgia ini disertai dengan kekecewaan, diwakili oleh kesunyian senja yang kurang mesra dan suasana yang terlihat kurang menjanjikan. Pengharapan akan perubahan ternyata hanya imajinasi semata.
Gambaran Kesunyian dan Hampa: Gambaran pantai yang sunyi, serta heningnya dermaga dan kehampaan di atasnya, menggambarkan perasaan terabaikan atau kehilangan dalam pengalaman penyair.
Perubahan dan Kecewa: Penyair menceritakan tentang harapan akan perubahan yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Ketika perubahan itu tidak terjadi, perasaan kecewa semakin nyata.
Gambaran Alam yang Melambangkan Perasaan: Penyair menggunakan gambaran alam - hujan, kegelapan, dan bulu-bulu mata yang gugur - sebagai metafora dari perasaan kekecewaan dan harapan yang tak terwujud.
Puisi "Pantai Ancol" menciptakan suasana yang sarat akan harapan, kekecewaan, dan perubahan. Dengan gambaran alam yang melambangkan perasaan, puisi ini memaparkan perjalanan hidup yang penuh dengan ekspektasi dan harapan, namun juga kekecewaan dan ketidakpastian yang tak terduga.