Puisi: Pantai Ancol (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Pantai Ancol" mengekspresikan kesan yang cukup dalam tentang kekecewaan, nostalgia, dan rasa kosong yang melingkupi pengalaman mengunjungi ...
Pantai Ancol


dan kita pun sampai
setelah lelah berjalan
mengukur dan mengukir terik hari

warna laut masih seperti dulu
kelabu dan kelabu
perahu-perahu kecil menunggu
di dermaga kayu
senja sempurna tanpa ciuman mesra

dulu pernah kau tatah namamu
di bilah kayu di ujung dermaga
dan angin garam menuntaskan
segala yang fana

di tepi pantai
kau lantunkan syair-syair cinta
begitu merdu dan syahdu
hingga menyihir langit jadi kelam
sekelam matamu menatap hampa
lampu-lampu kota jakarta

dari lengkung alis
gerimis turun ritmis
menggurat siluet kepak camar
yang bergegas menuju sarang

“hujan-topan akan tiba,” cemasmu

apa bulu-bulu mata bisa gugur
seperti dedaun waru atau bulu camar
di tengah angin resah
apa kau percaya
kita telah tiba di pantai
yang kau angankan

aku merasa
ada yang diam-diam
menyusun airmata
jadi candi-candi pasir

Juni, 2005

Sumber: Impian Usai (2007)

Analisis Puisi:
Puisi "Pantai Ancol" karya Wayan Jengki Sunarta memaparkan perjalanan ke pantai sebagai metafora dari perjalanan hidup yang tak selalu sesuai harapan. Penyair mengekspresikan kesan yang cukup dalam tentang kekecewaan, nostalgia, dan rasa kosong yang melingkupi pengalaman mengunjungi Pantai Ancol.

Perjalanan Fisik dan Spiritual: Perjalanan ke Pantai Ancol tidak hanya sebuah perjalanan fisik, tapi juga perjalanan spiritual. Pantai dipandang sebagai tempat istimewa yang dulu diharapkan akan membawa kegembiraan dan kenangan manis. Namun, harapan ini tidak sepenuhnya terwujud.

Nostalgia dan Kekecewaan: Penyair menciptakan suasana nostalgia dengan mempertegas bahwa "warna laut masih seperti dulu". Namun, kesan nostalgia ini disertai dengan kekecewaan, diwakili oleh kesunyian senja yang kurang mesra dan suasana yang terlihat kurang menjanjikan. Pengharapan akan perubahan ternyata hanya imajinasi semata.

Gambaran Kesunyian dan Hampa: Gambaran pantai yang sunyi, serta heningnya dermaga dan kehampaan di atasnya, menggambarkan perasaan terabaikan atau kehilangan dalam pengalaman penyair.

Perubahan dan Kecewa: Penyair menceritakan tentang harapan akan perubahan yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Ketika perubahan itu tidak terjadi, perasaan kecewa semakin nyata.

Gambaran Alam yang Melambangkan Perasaan: Penyair menggunakan gambaran alam - hujan, kegelapan, dan bulu-bulu mata yang gugur - sebagai metafora dari perasaan kekecewaan dan harapan yang tak terwujud.

Puisi "Pantai Ancol" menciptakan suasana yang sarat akan harapan, kekecewaan, dan perubahan. Dengan gambaran alam yang melambangkan perasaan, puisi ini memaparkan perjalanan hidup yang penuh dengan ekspektasi dan harapan, namun juga kekecewaan dan ketidakpastian yang tak terduga.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Pantai Ancol
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.