Puisi: Mengukur Jarak (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Mengukur Jarak" karya Esha Tegar Putra menggambarkan bagaimana jarak tersebut diisi dengan kenangan, kerinduan, dan refleksi mendalam ....
Mengukur Jarak

akhirnya aku tahu, antara singgalang dan buahbatu
ada yang terentang serupa benang, yakni matamu; mata perdu

meski sesekali aku tersesat di jalan panjang dan tubuh jalang
bayangmu tumbang di antara serak bunyi puput batang padi

kiranya siapa yang lebih mengerti selain sunyi yang kian mati
matamu menyiratkan lubuk dalam, bayangan di dasarnya terkurung

terbenam juga angan, pantai panjang dikulum pasir bergaram
matamu menyiratkan sesuatu yang padam, sesuatu yang geram

antara singgalang dan buahbatu adalah rindu, begitulah seruku
teramat lapang ini langit, teramat sulit buat digigit

aku kian bergairah; di sini lembu, kuda, tempua, kecebong
segala binatang ikut berseru dari hunianku, ikut berseru sepi

jarak tak merupa benang pintalan biasa (bukan pintalan si tua yang 
dengan gemetar menenun kenangan lama di helaian kain satin)

bilamana rindu ini padu menjadi bau gaharu, siapa yang bakal 
sanggup menenun makna cinta yang berubah jadi perca?

isyarat mata perdumu, sekumparan kabut lembut penggenap kalut
tapi siapa yang sanggup menelungkupkan tanjungku ke arah lautmu?

kali saja pasir susut, singgalang merupa gundukan tanah biasa
tak bersuara tak berseru, dan buahbatu menghela itu rindu

di ini tahun pucuk cinta menumbuh baru, sesuatu yang padu
digenapkan tubuhmu, dengan bau lokan rebus dan amis susu lembu

akhirnya sajak jadi himpunan bahasa yang tak perlu diberi tahu
dan aku akan berucap mengenai jalang malam menjelma tubuhmu

kiranya kau tak mengerti, sajak tumbuh di dagumu, punggungmu
dadamu, di segala yang ada padamu menumbuhkan gairah sajak

Kandangpadati, 2008

Analisis Puisi:

Puisi "Mengukur Jarak" karya Esha Tegar Putra adalah eksplorasi mendalam tentang jarak fisik dan emosional antara dua tempat, Singgalang dan Buahbatu. Puisi ini menggambarkan bagaimana jarak tersebut diisi dengan kenangan, kerinduan, dan refleksi mendalam tentang cinta dan kehidupan.

Tema dan Makna

  • Jarak Fisik dan Emosional: Puisi ini berfokus pada konsep jarak, baik secara fisik maupun emosional. Singgalang dan Buahbatu adalah simbol dari dua titik yang terpisah, namun disatukan oleh mata yang merindu dan kenangan yang menghubungkan. Jarak ini tidak hanya berarti pemisahan, tetapi juga ruang di mana perasaan dan refleksi dapat berkembang.
  • Kerinduan dan Kesepian: Kerinduan adalah tema sentral dalam puisi ini. Rindu diibaratkan sebagai benang yang menghubungkan dua tempat. Ada perasaan kesepian yang mendalam, tercermin dalam deskripsi tentang "sunyi yang kian mati" dan "sepi" yang berseru dari hunian.
  • Kenangan dan Refleksi: Puisi ini juga berbicara tentang kenangan dan refleksi terhadap masa lalu dan cinta yang pernah ada. Kenangan digambarkan sebagai sesuatu yang halus dan rapuh, seperti benang pintalan si tua yang menenun kenangan lama.

Gaya dan Teknik Puitis

  • Metafora dan Simbolisme: Esha menggunakan metafora dan simbolisme secara kaya dalam puisi ini. Mata dijadikan simbol perantara antara dua tempat, menggambarkan bagaimana perasaan dan kenangan menghubungkan dua titik yang terpisah. Benang, bayangan, dan kabut adalah simbol yang mencerminkan kerumitan dan kehalusan emosi yang dirasakan.
  • Imaji Visual dan Auditori: Imaji visual dalam puisi ini sangat kuat, seperti gambaran tentang Singgalang dan Buahbatu, serta deskripsi tentang pemandangan alam dan binatang yang berseru dari hunian. Imaji auditori juga hadir dalam bunyi puput batang padi dan suara-suara yang mencerminkan kesepian dan kerinduan.
  • Kontras dan Pertentangan: Puisi ini menggunakan kontras untuk menggambarkan perasaan yang bertentangan. Ada kontras antara rindu yang "teramat lapang" dan langit yang "teramat sulit buat digigit", atau antara angan yang "padam" dan "geram". Ini mencerminkan kompleksitas emosi yang dialami oleh pembicara dalam puisi.
  • Struktur dan Alur: Puisi ini memiliki struktur yang berlapis, dengan penggunaan bait-bait yang menciptakan alur reflektif. Setiap bait membawa pembaca lebih dalam ke dalam perasaan dan pikiran pembicara, mengungkapkan lapisan-lapisan makna yang semakin mendalam.
Puisi "Mengukur Jarak" karya Esha Tegar Putra adalah puisi yang menggali dalam tentang konsep jarak, kerinduan, dan kenangan. Melalui penggunaan metafora, simbolisme, dan imaji yang kaya, Esha berhasil menciptakan sebuah karya yang menggugah perasaan dan mengajak pembaca untuk merenungkan makna jarak dalam kehidupan mereka sendiri. Puisi ini menunjukkan bagaimana jarak tidak hanya memisahkan, tetapi juga dapat menjadi ruang untuk refleksi dan pertumbuhan emosional.

Esha Tegar Putra
Puisi: Mengukur Jarak
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.