Puisi: Mengenang Kupang (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Mengenang Kupang" karya Wayan Jengki Sunarta adalah perjalanan sentimental ke dalam kenangan tentang Kota Kupang. Melalui bahasa dan .....
Mengenang Kupang
untuk: Dewa Putu Sahadewa


kuceritakan pada kau perihal puisi
yang kupetik dari perjalanan
sejauh menyusuri arah terbit matahari

kuceritakan pada kau perihal puisi
yang diperam pohon-pohon tuak
yang tumbuh di tanah-tanah tandus
ketika laut bergaun biru menoleh padaku
dengan wajah tersipu malu

kuceritakan pada kau perihal puisi
yang melintasi jalanan lengang siang hari
ketika udara gerah membelai pori-pori
ketika pohon-pohon flamboyan
memberiku senyum merah merekah

kuceritakan pada kau perihal puisi
yang memeluk hamparan kota penuh kasih
ketika malam dan sopi larut dalam darahku
dengan kerinduan yang tak pernah usai

kuceritakan pada kau perihal puisi
yang memancar dari wajahmu
ketika perjamuan belum berakhir


2015

Analisis Puisi:
Puisi "Mengenang Kupang" karya Wayan Jengki Sunarta adalah perjalanan sentimental ke dalam kenangan tentang Kota Kupang. Melalui bahasa dan gambaran yang indah, puisi ini mengungkapkan rasa nostalgia dan cinta terhadap tempat yang disebutkan.

Keindahan Puisi dan Bahasa: Puisi ini ditulis dengan bahasa yang indah dan mendalam, menciptakan gambaran yang kuat tentang Kupang. Penggunaan kata-kata seperti "perjamuan", "perihal", "tuak", dan "flamboyan" memberikan sentuhan lokal dan kekhasan budaya yang kental. Bahasa puisi ini mengekspresikan cinta dan kekaguman penyair terhadap kota yang diingatnya.

Sentimen Nostalgia: Puisi ini menunjukkan sentimen nostalgia, dengan menyusuri "perjalanan sejauh menyusuri arah terbit matahari" dan "perihal puisi yang diperam pohon-pohon tuak." Penggunaan kata-kata seperti "ketika laut bergaun biru menoleh padaku" dan "kerinduan yang tak pernah usai" menggambarkan rindu dan keinginan untuk kembali ke kota yang dicintai.

Kota dan Alam sebagai Metafora: Puisi ini menggunakan gambaran alam dan objek-objek di kota sebagai metafora untuk mengungkapkan perasaan dan emosi. Contohnya, "ketika laut bergaun biru menoleh padaku dengan wajah tersipu malu" mencitrakan kota Kupang sebagai makhluk hidup yang memiliki perasaan, yang menambah dimensi emosional pada kisah kenangan ini.

Cinta pada Kupang dan Orang-orangnya: Puisi ini mencerminkan cinta penyair pada Kota Kupang dan orang-orangnya. Dalam gambaran "pohon-pohon flamboyan memberiku senyum merah merekah", puisi ini mencitrakan kegembiraan dan kasih sayangnya terhadap keindahan dan kehangatan kota tersebut.

Perasaan yang Hangat dan Mendalam: Puisi ini membawa pembaca pada perjalanan sentimental yang hangat dan mendalam, menggambarkan cinta dan rindu penyair pada Kota Kupang. Ungkapan perasaan dan kenangan dalam puisi ini memberikan dimensi pribadi dan emosional yang kuat pada karya tersebut.

Puisi "Mengenang Kupang" karya Wayan Jengki Sunarta adalah puisi yang indah dan penuh rasa nostalgia tentang Kota Kupang. Melalui bahasa yang kaya dan gambaran yang indah, puisi ini mengungkapkan perasaan cinta dan kekaguman penyair terhadap kota dan orang-orangnya. Pengalaman sentimental dalam puisi ini menciptakan perasaan yang hangat dan mendalam bagi pembaca.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Mengenang Kupang
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.