Puisi: Marah pada Cinta (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Marah pada Cinta" karya Esha Tegar Putra menghadirkan gambaran yang kuat dan mendalam tentang perasaan marah dalam konteks cinta.
Marah pada Cinta
: m aan Mansyur

sebilah pisau
tempaan orang lembah harau
kuberikan pada kalian
lengkap dengan batu asahan

agar suatu kali kalian bisa memaknai
bahwasanya cinta
bakal mengendap
di setiap sayatan sakit
pada serat daging

Gunuangpangilun, 2009

Analisis Puisi:

Puisi "Marah pada Cinta" karya Esha Tegar Putra menghadirkan gambaran yang kuat dan mendalam tentang perasaan marah dalam konteks cinta. Melalui imaji-imaji yang tajam dan penggunaan bahasa yang sederhana namun bermakna, Esha menggambarkan kompleksitas emosi dan perenungan akan arti cinta dalam kehidupan.

Tema dan Makna

  • Marah sebagai Respon Emosional: Puisi ini mengungkapkan tema tentang marah sebagai respon emosional terhadap cinta. Sebilah pisau yang disiapkan dengan batu asahan melambangkan kekuatan dan intensitas dari emosi marah yang dirasakan oleh penyair. Marah di sini bukan hanya sekadar amarah biasa, tetapi amarah yang mendalam dan intens, yang mencerminkan pengalaman pribadi yang kuat terkait dengan cinta.
  • Simbolisme Pisau dan Batu Asahan: Penggunaan pisau dan batu asahan sebagai simbol dalam puisi ini memberikan gambaran tentang persiapan untuk melawan atau menghadapi cinta. Pisau yang diasah dengan batu melambangkan kesiapan untuk memahami dan menghadapi rasa sakit yang timbul akibat cinta. Simbolisme ini mengajak pembaca untuk memahami bahwa cinta tidak selalu indah dan manis, tetapi juga bisa menyakitkan dan menuntut kekuatan emosional untuk dihadapinya.
  • Endapan Cinta dalam Sakit: Baris terakhir puisi, "bahwasanya cinta / bakal mengendap / di setiap sayatan sakit / pada serat daging," menggambarkan bahwa meskipun cinta bisa menyebabkan luka dan sakit, namun dalam setiap kepedihan itu juga terdapat keberadaan cinta yang dalam dan abadi. Endapan cinta ini seperti sebuah pelajaran tentang bagaimana cinta memberi warna dan arti yang lebih dalam pada pengalaman hidup yang sulit.

Gaya dan Teknik Puitis

  • Bahasa Sederhana namun Bermakna: Esha menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna untuk menggambarkan kompleksitas emosi. Kata-kata seperti "pisau" dan "batu asahan" digunakan secara simbolis untuk menggambarkan kekuatan emosional yang dimiliki penyair terhadap cinta.
  • Imaji yang Tajam: Imaji sebuah pisau yang diasah dengan batu asahan memberikan gambaran yang tajam dan kuat tentang perasaan marah dan sakit yang terkait dengan cinta. Penggunaan imaji ini tidak hanya membangkitkan gambaran visual yang kuat, tetapi juga mendalam secara emosional.
  • Puisi Pendek dan Padat: Puisi ini hanya terdiri dari beberapa baris, namun mampu mengungkapkan tema yang kompleks dan mendalam. Pendekatan yang padat dalam penyampaian makna membuat puisi ini mampu menyentuh dan merenungkan pembaca dengan cepat namun intens.
Puisi "Marah pada Cinta" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan marah dalam konteks cinta dengan cara yang kuat dan mendalam. Melalui penggunaan simbolisme yang kaya dan bahasa yang sederhana namun bermakna, Esha berhasil menyampaikan kompleksitas emosi dan perenungan akan arti cinta dalam kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bahwa cinta bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang rasa sakit dan pengalaman yang memperkaya kehidupan.

Esha Tegar Putra
Puisi: Marah pada Cinta
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.