Puisi: Jalan Air (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi: Jalan Air Karya: Esha Tegar Putra
Jalan Air

air itu telah jatuh ke atap, menggesek cucuran tua yang retak
“adakah dirimu terus melepas senja di tiap penanggalannya
berucap berang pada pesisir panjang sambil memangku sebongkah
hilang yang parah sakitnya?” dan bait terakhir dari pesanmu,
pesan yang menjelmakan sekepal cinta tanah liat, yang melepas lunak
jadi keramik. berhari-hari diam di pembakaran hingga keras
dan akhirnya pecah seketika nafas bunga padimu merbak
membikin gatal tenggorokanku. ucap yang salah
penyebab aku tak jadi marapulai-serupa cakap kita di tepian mandi.

tetap kupanggil kau anak dara. perempuan yang turun dari pelaminan
beludru merah bertabur bunga emas. perempuan yang berjalan pelan
turun dari jenjang rumah gadang, menuju halaman, dan mematah tampuk
daun sirih. o, mak… terus saja kupanggil kau anak dara.

di raungku yang lindap sebab riuh bunyi tasa dan rebana
orang-orang menarikan sepiku. menabuh rinduku akan pelaminan.

baiknya kukunyah juga campuran tuba dalam carano
biar menyembur merah bibirmu ke galauku. kusapa kau saat melengah
di halaman. perlahan tumbuh dedaunan emas, menjulang di kepalamu
menjuntai. mencucuk aku yang bermimpi jadi marapulai.

Kandangpadati, 2007

Esha Tegar Putra
Puisi: Jalan Air
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Esha Tegar Putra lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.