Puisi: Gelanggang Nangkodo Baha (Karya Esha Tegar Putra)
Puisi: Gelanggang Nangkodo Baha
Karya: Esha Tegar Putra
Gelanggang Nangkodo Baha
Tapi gelanggang itu terbuka. Pada siang terik seekor elang laut
terbang rendah, berputar, melingkar. Kepak lamban sayapnya
menyeret getar ribuan tungkai kaki kuda perang sedang berlari.
“Pangkal lengan siapa akan patah, punggung siapa akan
dibuat dingin berkepanjangan, Nan Tongga?”
Sebuah miniatur panji tiga warna terikat di ulu parang, seakan
perselisihan belum tunai saat taji ayam aduan berpatahan, seakan
dendam terus tersumbul dari retakan gelas tuak sehabis ditenggak.
“Nangkodo Baha, jangankan kilat beliung atau kilau mata parang
punggung gelombang akan aku tunggangi seorang diri!”
Tapi sebelum gelanggang itu terbuka, mereka paham
perselisihan adalah ngilu pada sambungan tulang.
Dendam adalah ruap air payau yang bergelembung hitam
di liang kulah. Tidak akan ganih bila disuling, tidak akan
menggaram bila diperam bermalam-malam.
Paraklaweh, 2013
Puisi: Gelanggang Nangkodo Baha
Karya: Esha Tegar Putra
Biodata Esha Tegar Putra:
- Esha Tegar Putra lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.