Analisis Puisi:
Puisi "Fragmen Kota" karya Wayan Jengki Sunarta merupakan sebuah refleksi mendalam tentang kehidupan urban yang penuh dengan kesendirian, kebingungan, dan kegelapan.
Gambaran Kabut dan Kegelapan Kota: Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang kabut yang meliputi tubuh seseorang, menciptakan atmosfer kesepian dan kegelapan. Kabut menjadi metafora untuk ketidakpastian dan kebingungan yang melingkupi kehidupan kota, di mana individu-individu merasa terpisah dan tersesat.
Kesendirian dan Kehilangan: Di bait-bait selanjutnya, tergambar kesendirian dan kehilangan yang mendalam. Ada kesan bahwa seseorang telah kehilangan arah, dan keberadaannya di kota seperti tanpa tujuan yang jelas. Hal ini tercermin dalam penggambaran bumi yang "yatim-piatu" dan bulan yang diidamkan hanya muncul sebagai "sebentuk bundar bayang."
Keputusasaan dan Keterpurukan: Puisi ini menggambarkan suasana yang penuh dengan keputusasaan dan keterpurukan. Penggambaran pengemis buta dan pelacur tua yang terbuang di tepi jalan menyoroti realitas pahit dari kehidupan kota yang keras dan tanpa belas kasihan. Bahkan, malaikat pun tampak telah kehilangan "mata" mereka, menunjukkan ketidakmampuan untuk melihat atau memahami keadaan.
Pertanyaan tentang Makna Puisi: Pada akhir puisi, ada pertanyaan yang ditujukan tentang makna puisi itu sendiri. Penanya meragukan relevansi puisi dalam konteks kertas merangmu, mengisyaratkan keraguan terhadap kemampuan puisi untuk menyentuh atau mengubah kehidupan yang keras dan gelap di kota.
Puisi "Fragmen Kota" adalah sebuah puisi yang menggambarkan kehidupan urban sebagai tempat yang penuh dengan kesendirian, kebingungan, dan kegelapan. Melalui penggambaran yang kuat dan kata-kata yang memilukan, Wayan Jengki Sunarta berhasil menyampaikan pesan yang mendalam tentang keadaan manusia di tengah-tengah kehidupan kota yang keras dan tanpa belas kasihan.
Karya: Wayan Jengki Sunarta
Biodata Wayan Jengki Sunarta:
- Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.