Puisi: Empat Sejarah Orde Lupa (Karya Gus tf)

Puisi: Empat Sejarah Orde Lupa Karya: Gus tf
Empat Sejarah Orde Lupa

1

Kami orang-orang alpa, berkali-kali lupa, di mana kami berada. Kami juga tak tahu ada benda bernama peta dan tempat tinggal kami bisa dikenali dengan semacam tanda. Tentu kami punya nama, tentu juga punya bahasa, tetapi Anda tahu, nama atau bahasa, kini, satu sama lain cenderung serupa, dan cara mengejanya kadang mirip belaka. Apa yang Anda andalkan bila Anda tak punya cukup ingatan?


2

“Belajarlah membuat catatan,” kaubilang. Tetapi kami juga telah tak paham cara mencatat. Seorang dari kami pernah mencatat, tapi yang ia catat hanya tempat-tempat, alamat-alamat, yang ia salin dari sampul sejumlah surat. Surat yang, Anda tahu, hampir seluruhnya salah alamat. Dan jika pun ada yang benar, selalu kami tak yakin, dan buru-buru berpikir jangan-jangan surat kesasar. Apa yang bisa Anda andalkan, bila Anda, pada kenyataan, tak lagi punya keyakinan?


3

“Soal keyakinan,” kaubilang, “mari kukatakan: justru itu bukanlah soal. Keyakinan tak tumbuh dari kenyataan.” Lalu kau bawa pikiran kami ke gua-gua, undur, surut kembali ke liang-liang purba. Saat kami bilang, Kelam, cepat engkau menukas, Tak semua yang kelam adalah malam. Saat kami bilang, Terang, cepat engkau menukas, Tak semua yang terang adalah siang. Saat kami bilang, Biru, cepat engkau menukas, Tak semua yang biru adalah langit. Tak semua yang kuning adalah kunyit. Tak semua yang warna adalah nama, bukan?


4

Baik. Kami paham kini. Soalnya cuma nama. Dan kami pun memberi nama-nama baru untuk segala yang alpa, segala yang lupa. Dan ya, Anda tahu, dari sinilah kami mulai mencatat, dan sebenarnya, mulai melihat. Betapa benda dan barang-barang lama, setelah dicatat, jadi tampak persis seperti yang kami lihat. Betapa masalah dan hal-hal lama, setelah betul-betul dilihat, kadang tak lagi perlu dicatat. Betapa kini, Anda bisa ingat, cukup hanya dari cara melihat? Alangkah ganjil, juga sederhana, sejarah lupa menjadi ada. Sejarah yang, beratus-ratus tahun kemudian, seperti hari ini, cucu-cucu kami kembali alpa, kembali lupa.

Payakumbuh, 2007

Gus tf Sakai
Puisi: Empat Sejarah Orde Lupa
Karya: Gus tf

Biodata Gus tf Sakai:
  • Gustrafizal Busra atau lebih dikenal Gus tf Sakai lahir pada tanggal 13 Agustus 1965 di Payakumbuh, Sumatera Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Usia maka tertahan aku: di bandul jam. Semua getar melamban jadi gema. “Siapa yang memecah kulit, keluar dari cangkangnya?” dan kulihat engkau, tapi tak ada. Sepe…
  • Arkeolog masa lalu, engkau menggali — dalam diri, mimpi tersembunyi. Mimpi? Kautahan gumpal, gaung bawah sadar. Ia pilih: jalan memutar. Mimpi. Ilusi. Engkau ark…
  • Adakah "Adakah engkau memiliki ibu?" Sungguh ia sangat malu dengan pertanyaan itu. Kata orang, ia muncul dari malam, dalam kelam, dari mitos penuh hantu.  &nbs…
  • Si Bisu, Si Lupa Letih mengembara, capek berkelana, akhirnya ia putuskan jadi Si Bisu. Ketika itulah ia tahu: Tiap kali bicara, sebenarnya mengurangi hidupnya. Maka…
  • Daging Akar akhirnya, siapa kausebut kini: Si serat dingin ataukah daging yang terjanji? Seperti takdir, sosoknya rebah membuntuti. Hanya pada waktu ketika bergeri…
  • Lubuk Kabut kaukatakan engkau mampu, memangkas rimbun kabut di matamu. Cuaca berubah-ubah tak menentu. Segala bisa tumbuh atau ranggas di dadamu. Segala bisa hijau …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.