Puisi: Dituba Kabut Asap (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Dituba Kabut Asap" karya Esha Tegar Putra menggambarkan dampak buruk dari kabut asap yang sering terjadi akibat pembakaran hutan dan lahan.
Dituba Kabut Asap

Kita dituba kabut asap, istriku.
Kau keluhkan gatal mata, asma, dan lubang hidung serasa
menghisap asap kompor puluhan sumbu terbakar kehabisan minyak.

Aku berkata hantu rimba raya Riau dengan rahang hangus
dan perut mengandung bara gambut telah berhamburan
dari sarangnya. Serombongan orang alim dari Siak sembahyang
meminta diturunkan hujan turun tiga hari tiga malam.
Serdadu-serdadu pemanggul pompa dan bedil air dengan
gagahnya diturunkan dari pusat kota. Pawang hujan dengan
celana dalam terbalik tak berhenti membaca mantra dari balik
tandan batang kerambil.

“Celakalah hantu rimba raya Riau, Uda.
Anak-anak seakan lahir dan tumbuh dari dalam cerobong asap
dengan paru-paru menghitam!”

Kita dituba kabut asap, istriku.
Dan kau mulai keluhkan suara batuk dari dalam perutmu.

2014

Analisis Puisi:

Puisi "Dituba Kabut Asap" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan dampak buruk dari kabut asap yang sering terjadi akibat pembakaran hutan dan lahan. Puisi ini menciptakan gambaran tentang penderitaan fisik dan emosional yang dialami oleh individu yang terkena dampak kabut asap.

Kondisi Lingkungan yang Buruk: Puisi ini menggambarkan kondisi lingkungan yang sangat buruk akibat kabut asap. Kabut asap ini mengganggu kesehatan dan kenyamanan, dan menciptakan suasana yang gelap dan tercemar.

Efek pada Kesehatan: Penyair menyebutkan bahwa istri mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti mata yang gatal, asma, dan hidung yang terasa seolah-olah menghisap asap. Hal ini mencerminkan dampak negatif kabut asap terhadap kesehatan individu.

Penggambaran Karakter Hantu Rimba Raya Riau: Penyair menggambarkan hantu rimba raya Riau yang terbakar, yang menciptakan gambaran visual yang kuat tentang kehancuran alam akibat pembakaran hutan. Penggambaran ini menunjukkan rasa marah dan ketidakpuasan terhadap tindakan yang merusak lingkungan.

Upaya Spiritual dan Alam: Dalam puisi ini, terdapat upaya spiritual dalam bentuk doa-doa dan mantra untuk meminta turunnya hujan. Ini mencerminkan perasaan putus asa dan keinginan untuk memperbaiki situasi yang buruk akibat kabut asap.

Penderitaan dan Keluh Kesah: Puisi ini menciptakan perasaan penderitaan dan keluh kesah yang mendalam. Suara batuk dari dalam perut istri menjadi simbol dari penderitaan yang dialami oleh banyak orang yang terkena dampak kabut asap.

Secara keseluruhan, puisi "Dituba Kabut Asap" adalah karya sastra yang mencerminkan ketidakpuasan terhadap kerusakan lingkungan dan dampak negatifnya terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Puisi ini mengekspresikan rasa kekhawatiran terhadap masalah lingkungan dan menyerukan kesadaran akan perlindungan alam.

Esha Tegar Putra
Puisi: Dituba Kabut Asap
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Esha Tegar Putra lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.