Analisis Puisi:
Puisi "Dituba Kabut Asap" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan dampak buruk dari kabut asap yang sering terjadi akibat pembakaran hutan dan lahan. Puisi ini menciptakan gambaran tentang penderitaan fisik dan emosional yang dialami oleh individu yang terkena dampak kabut asap.
Kondisi Lingkungan yang Buruk: Puisi ini menggambarkan kondisi lingkungan yang sangat buruk akibat kabut asap. Kabut asap ini mengganggu kesehatan dan kenyamanan, dan menciptakan suasana yang gelap dan tercemar.
Efek pada Kesehatan: Penyair menyebutkan bahwa istri mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti mata yang gatal, asma, dan hidung yang terasa seolah-olah menghisap asap. Hal ini mencerminkan dampak negatif kabut asap terhadap kesehatan individu.
Penggambaran Karakter Hantu Rimba Raya Riau: Penyair menggambarkan hantu rimba raya Riau yang terbakar, yang menciptakan gambaran visual yang kuat tentang kehancuran alam akibat pembakaran hutan. Penggambaran ini menunjukkan rasa marah dan ketidakpuasan terhadap tindakan yang merusak lingkungan.
Upaya Spiritual dan Alam: Dalam puisi ini, terdapat upaya spiritual dalam bentuk doa-doa dan mantra untuk meminta turunnya hujan. Ini mencerminkan perasaan putus asa dan keinginan untuk memperbaiki situasi yang buruk akibat kabut asap.
Penderitaan dan Keluh Kesah: Puisi ini menciptakan perasaan penderitaan dan keluh kesah yang mendalam. Suara batuk dari dalam perut istri menjadi simbol dari penderitaan yang dialami oleh banyak orang yang terkena dampak kabut asap.
Secara keseluruhan, puisi "Dituba Kabut Asap" adalah karya sastra yang mencerminkan ketidakpuasan terhadap kerusakan lingkungan dan dampak negatifnya terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Puisi ini mengekspresikan rasa kekhawatiran terhadap masalah lingkungan dan menyerukan kesadaran akan perlindungan alam.