Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Di Sehelai Kain Tenun (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Di Sehelai Kain Tenun" karya Esha Tegar Putra menciptakan gambaran tentang perjalanan seorang penyair dan perenung dalam pencarian makna dan ..
Di Sehelai Kain Tenun
untuk Romo Amanche Franck

Di sehelai kain tenun
ia bersua kembali ombak pagi bertaut
sajak seperti maut bermain dalam kabut
seorang penyair berjalan dengan tungkai kaki patah
membaca tentang revolusi dalam kitab tua di tangan
mengingat tembikar-tembikar dibuang
dari jendela lantai lima
kaca-kaca toko dihumban batu
kusen serta langit-langit rumah dibakar.

Ia patut-patut sebuah kata, “Hebron”
meski dalam kitab itu diberi arti diberi makna
tapi di tiap berita pagi hanya ditemukannya perseteruan
berabad-abad, tidak berujung tidak berpangkal.

Di sehelai kain tenun
ia bersua kembali ombak pagi bertaut
dibayangkannya sajak adalah lidah paderi
atau mualim penunggang unta
yang menghantarkan pelancong dari timur jauh
ke pandam-pekuburan para rasul.

Mualim dengan lingkar mata hitam
dan saku dipenuhi butir pasir dan sisa ketam.

Ia baca kembali tentang revolusi
berkali-kali, berulang-ulang
dan dibayangkannya sajak seperti sehelai kain
ditenun lamban dengan tangan santun.

Dibayangkannya sajak seperti kaki tanpa terompah
berlari kencang merasakan hentakan batu pecah
merasakan tusukan tunggul kayu tersumbul.


Jakarta, 2015

Analisis Puisi:
Puisi "Di Sehelai Kain Tenun" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran visual dan metafora yang kuat. Puisi ini menciptakan gambaran tentang perjalanan seorang penyair dan perenung dalam pencarian makna dan pemahaman.

Metafora Kain Tenun: Judul puisi ini, "Di Sehelai Kain Tenun," menggambarkan proses penciptaan puisi seperti proses menenun kain. Puisi dianggap sebagai hasil kerja yang memerlukan ketekunan dan perhatian terhadap detail, mirip dengan seorang penenun yang menciptakan pola kain.

Ombak Pagi dan Revolusi: Puisi ini menggambarkan pertemuan penyair dengan "ombak pagi bertaut." Ombak pagi bisa diinterpretasikan sebagai simbol perubahan dan revolusi yang terjadi dalam dunia dan pikiran penyair. Penyair mencoba memahami makna di balik peristiwa-peristiwa ini.

Penggunaan Kata "Hebron": Penyair menggunakan kata "Hebron" yang memiliki makna dan arti khusus dalam konteks puisi ini. Kata ini bisa merujuk pada sejarah dan perjuangan, dan penyair mencoba memahami dan menggali lebih dalam makna dari kata tersebut.

Metafora Sajak dan Lidah Paderi: Puisi ini menggambarkan sajak sebagai "lidah paderi" atau alat komunikasi yang digunakan oleh penyair untuk menyampaikan pemikiran dan perasaannya. Hal ini menciptakan gambaran tentang kuasa kata-kata dan kekuatan sastra.

Gambaran Mualim: Mualim yang mengantar pelancong dari timur jauh ke pandam-pekuburan para rasul adalah gambaran yang memperkaya puisi ini. Mualim ini mungkin melambangkan seorang pembimbing atau pemandu rohani yang membantu penyair dalam perjalanannya menuju pemahaman yang lebih dalam.

Keseluruhan Tema: Puisi ini menggabungkan tema-tema seperti pencarian makna, pemahaman sejarah, kekuatan kata-kata, dan perjalanan pribadi. Puisi ini menciptakan atmosfer yang kaya dengan elemen-elemen ini, mengundang pembaca untuk merenungkan dan merasakan perjalanan penyair.

Puisi "Di Sehelai Kain Tenun" adalah karya yang kuat dengan gambaran-gambaran visual dan metafora yang mendalam. Ini adalah puisi tentang perjalanan, pencarian makna, dan kekuatan kata-kata dalam menciptakan pemahaman.

Esha Tegar Putra
Puisi: Di Sehelai Kain Tenun
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Esha Tegar Putra lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.