Analisis Puisi:
Puisi "Di Kusamba Aku Terkenang Sejarah" karya Wayan Jengki Sunarta adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan sejarah dan perasaan kekaguman terhadap keberanian dan pengorbanan para laskar Bali dalam masa lalu.
Lokasi "Kusamba": Puisi ini berlatar di Kusamba, sebuah tempat yang mungkin memiliki makna sejarah atau simbolisme penting bagi penulis. Kusamba mungkin menjadi tempat yang merepresentasikan perjuangan dan pengorbanan yang terjadi di Bali.
Makna Aksara-Aksara Jiwa: Puisi ini mengungkapkan bahwa Kusamba adalah tempat di mana "aksara-aksara jiwa" ditemukan atau dilestarikan. Ini bisa diartikan sebagai bahwa Kusamba adalah tempat penyimpanan atau peringatan tentang sejarah dan nilai-nilai budaya Bali yang telah mengalami berbagai tantangan sepanjang waktu.
Penggambaran Masa Lalu dan Masa Kini: Puisi ini menciptakan perbandingan antara masa lalu yang penuh dengan pengorbanan dan keberanian para laskar dengan masa kini yang diwarnai oleh "kemaksiatan." Ini menciptakan perasaan nostalgia terhadap masa lalu yang dihormati oleh penulis dan perasaan kecemasan terhadap perubahan zaman yang mungkin telah mengikis nilai-nilai tradisional.
Imaji: Penulis menggunakan gambaran yang kuat untuk menggambarkan adegan pertempuran dan pengorbanan para laskar Bali. Jerit sakit, pekik sekarat, tombak, keris, peluru, dan pintu gerbang langit semuanya digunakan untuk menciptakan suasana yang dramatis dan penuh emosi.
Perempuan Perkasa: Puisi ini menyoroti peran perempuan perkasa yang turut serta dalam perjuangan. Gambaran seorang perempuan di ujung pagar tombak yang menari anggun dan menantang menciptakan citra keberanian dan ketegasan.
Warna dan Gambaran Alam: Puisi ini menciptakan gambaran cakrawala warna jingga, yang bisa menggambarkan kedamaian atau perubahan. Alam, seperti tanah Bali yang basah oleh darah, digunakan sebagai latar belakang yang kuat untuk menggambarkan perjuangan dan pengorbanan yang telah terjadi.
Pesan Kritik Sosial: Puisi ini juga menunjukkan pesan kritik sosial terhadap "kemaksiatan masa kini," yang mungkin mengacu pada perubahan budaya atau moral yang dianggap negatif oleh penulis.
Secara keseluruhan, puisi ini adalah ekspresi kekaguman dan rasa hormat terhadap sejarah dan keberanian Bali dalam menghadapi tantangan. Puisi ini menggambarkan perasaan penulis terhadap masa lalu dan masa kini, serta memberikan peringatan tentang pentingnya melestarikan nilai-nilai budaya dan sejarah.