Di Hari Eksekusi itu
Jenderal Badrul Mustafa
Mengangkat sebelah tangan
Sebelum senapan pertama
Ditembakkan ke kepalanya,
“Tidakkah salah satu dari kalian
Menanyakan kepadaku perihal
Permintaan terakhir?”
Katanya.
Badrul Mustafa menunggu
Dan tak seorangpun mau bertanya.
Ia tetap ucapkan
Permintaan terakhir,
“Tolong padamkan dulu
Bara asmara dalam dadaku,”
Katanya.
“Menangis mayat dalam kubur
Bukan karena tubuh yang hancur
Melainkan asmara dalam dada
Masih terus membara,”
Badrul melanjutkan.
Para eksekutor itu tak mengerti,
Tapi mereka bisa merasakan
Jenderal Badrul Mustafa begitu gemetar.
Namun Sang Jenderal jadi gemetar,
Bukan karena puluhan senapan
Yang diarahkan ke kepalanya,
Melainkan, berhadapan
Dengan orang-orang
Seperti merekalah,
Yaitu golongan orang-orang
Yang tak kunjung mengerti
Bahwa asmara
Adalah kobaran api
Di dasar laut
Dan tak bisa dipadamkan
Begitu saja,
Yang membuat orang seperti Jenderal Badrul Mustafa
Jadi gentar:
Tanpa diancam dengan puluhan senapan,
Jenderal Badrul pasti akan berusaha melarikan diri,
Dan tanpa ditembak sekalipun
Ia pasti akan mati terkapar sendiri.
Padang, 2014
Puisi: Di Hari Eksekusi itu
Karya: Heru Joni Putra