Puisi: Berkas-Berkas Tak Tuntas (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi: Berkas-berkas Tak Tuntas Karya: Wayan Jengki Sunarta
Berkas-Berkas Tak Tuntas
kado ke-35 untuk diriku


malam getas
berkas-berkas tak tuntas
begitu saja tertulis

gerimis
menyisakan tilas
yang miris
di kaca jendela

di keheningan rahim
kau menggeliat
kau hampir ranum

semesta merayakan kelahiranmu
dari waktu ke waktu memberimu
berkah demi berkah
namun, tanpa kau sadari
selalu ada yang hilang dari dirimu
diam-diam
kembali ke mula asal

tak ada yang paham
kawasan rawan
di sebalik gugusan jiwamu
yang retak

terlalu lama kau menunggu
nujuman yang tak tentu
hanya sabda
letih menyusun makna

sebaiknya lupakan saja
bayangan yang menggoda
malam-malammu

sehampar samudera
membentang di dalam jiwamu
penuh pusaran tak terduga
menyesatkan perahu-perahu yang ragu
sebab arah pelayaran tak terbaca

tak perlu disesali
waktu akan selalu tahu
kemana pun kau pergi

mungkin puisi masih setia
menemani langkahmu
menyusuri lorong-lorong terkelam
dari perjalanan hidupmu

kilau cahaya tertegun
menyapamu di ujung kata
yang kau guratkan
di kertas terakhirmu

derita akan selalu tiba
membawa hikmahnya

mungkin, belum cukup sempurna
kau ditempa
untuk memahami cinta
yang menghampiri jiwamu

sudahkah kau berdamai dengan dirimu?
masihkah kau buncah-buncahkan nestapa
ke jalan-jalan jelata kota
hingga igau demi igaumu melata
bersama remuknya impian
yang menguap dalam aroma arak api

mungkin tak ada lagi yang peduli
kau telah ditakdirkan menggumuli sepi
bahkan mawar-mawar di belukar
tak lagi menoleh ke arahmu
meski wanginya masih melekati jiwamu

apa lagi yang kau banggakan
selain kata-kata usang
yang mengering
di kertas-kertas kusammu

seorang tua menembang
pupuh asmarandana
membawamu ke awang-awang
kenang demi kenang
membujukmu kembali datang
menjadi petualang
sekaligus pecundang

ah, kau, si pelamun dungu
pecandu laknat kata-kata
pengigau perayu malam

apa lagi impianmu?
istana yang anggun?
permaisuri yang setia?
permainan cinta memabukkan?
keriangan semu beraroma arak api?
keheningan purbani?
meditasi di dalam puisi?
atau, apa?

mereka berceloteh tentang dirimu
mereka menyeru namamu
mereka memberimu petuah-petuah
yang tak pernah kau tadah

kau yang diberkati
sekaligus dikutuk oleh kedunguanmu
kau yang ditinggalkan bayanganmu sendiri
kau yang dihantui darah-dagingmu sendiri
kau yang melaknati dirimu
bersekutu dengan kegaiban batu-batu
berseteru dengan cahaya ilahi

detik demi detik menakikmu
menit demi menit menyayatmu
jam demi jam merajammu
hari demi hari mengulitimu
minggu demi minggu menumbukmu
bulan demi bulan menelanmu
tahun demi tahun menimbunmu

beratus-ratus tahun
dari kelahiran ke kelahiran
doa dan dosa saling terkam
dalam sukmamu

peri-peri kecil tersedu
menyaksikanmu terlunta
di belantara asing
malaikat buta
mengulurkan tangan ke arahmu
tapi kau lebih suka
berkawan dengan danyang dan memedi

di ujung malam
kau melolong seperti serigala
didera kepiluan demi kepiluan
tak ada yang tahu
lapisan terdalam tubuhmu
ditumbuhi berpuluh anak panah
tak ada yang peduli
hatimu dipatuki burung-burung gagak
dari lembah terkelam kematian

kau hanya bisa melolong
namun suaramu membentur dinding cadas
gemanya menerpa sukmamu

kau coba sembunyi
di ceruk tergelap dirimu
meringkuk seperti anjing luka
yang terusir

percayalah,
kau sedang melunasi
karma demi karmamu

karma yang tertatah
di bilah-bilah lontar
yang dituturkan leluhurmu

cakupkan tanganmu
pejamkan matamu
rasakan ubun-ubunmu menyala

seret langkahmu
sejauh kau mampu
suatu waktu
kau ‘kan tiba
di kerajaan-Ku


Denpasar, 22 Juni – Amlapura, 27 September 2010

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Berkas-Berkas Tak Tuntas
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.