Puisi: Balada Sandal Putus (Karya Heru Joni Putra)

Puisi: Balada Sandal Putus Karya: Heru Joni Putra
Balada Sandal Putus


“Kalau aku mati sekali lagi,”
Kata Badrul Mustafa, “aku ingin
Dilahirkan kembali sebagai kencing
Seorang Ulama.”

Ia bercerita kepada siapa yang ditemuinya,
Dari kamu tunggul terbakar
Sampai ke bani tempurung kelapa,
Bahwa ia akan lebih bahagia
Sebagai kencing seorang Ulama
Daripada sebagai sekuntum bunga
Di tangan seorang pecinta

Yang diberi bermacam nama.

Ia bercerita kepada siapa yang didatanginya,
Dari kabilah parang tak berhulu
Sampai ke golongan beringin tumbang,
Bahwa ia sudah tidak sanggup lagi
Menjadi potongan kemaluan seorang kasim
Yang bergerak sendiri ke sana ke mari
Sementara seekor anjing
Berlalu begitu saja di dekatnya,

Dan ia lebih tak ingin lagi,
Saat dilahirkan di negeri pemburu babi,
Ia hanya menjadi penanda sederhana
Untuk nasib buruk yang akan tiba -
Kotoran anjing yang terinjak pada pagi

Sungguh sudah terlalu lama
Badrul Mustafa ingin
Menjadi kencing Ulama.

Maka di hari kematiannya kesekian kali,
Ia merendahkan diri tak henti-henti,
“Akulah Simurgh yang dulu lupa diri,
Bahkan aku tak tahu sehelai buluku lepas sendiri
Akulah Simurgh yang dulu lupa diri,
Bahkan saat membumbung di langit petang hari
Aku berkata ini dunia bukan aku yang punya.”

Sebelum kembali ke surga,
Ia biarkan jiwanya berputar-putar di atas raganya
Seperti gasing tengkorak
Yang diletakkan di atas kobaran api kotoran sapi,

Betapa tak sabar ditungunya hari kembali itu -
Saat dirinya tergenang di tengadah tangan para pendoa,
Dan menetes dari mulut ke mulut para pendosa.

Padang, 2015

Puisi: Balada Sandal Putus
Puisi: Balada Sandal Putus
Karya: Heru Joni Putra
© Sepenuhnya. All rights reserved.