Puisi: Bahasa yang Melukis Dirinya (Karya Alizar Tanjung)

Puisi "Bahasa yang Melukis Dirinya" karya Alizar Tanjung menggunakan simbol tubuh manusia untuk menggambarkan bagaimana bahasa merupakan bagian ...
Bahasa yang Melukis Dirinya

seorang ahli bahasa telah menciptakan ribuan kata dari
dirinya; tulang tungkai yang dua potong, sepotong kanan
dirinya, sepotong kiri dirinya, sama-sama bicara keduanya,
sama-sama jadi bahasa keduanya.

tulang tangan yang dua potong, sepotong kanan dirinya,
sepotong kiri dirinya, sama-sama bicara keduanya,
sama-sama jadi bahasa keduanya.

tulang rusuk yang dua potong, sepotong kanan dirinya,
sepotong kiri dirinya, sama-sama bicara keduanya,
sam-sama jadi bahasa keduanya.

tulang bahu yang dua potong, sepotong kanan dirinya,
sepotong kiri dirinya, sama-sama bicara keduanya,
sama-sama jadi bahasa keduanya, menguap, mengudara,
lepas dari dirinya.

rumahkayu, 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Bahasa yang Melukis Dirinya" karya Alizar Tanjung menawarkan eksplorasi mendalam tentang hubungan antara bahasa dan identitas. Dalam puisi ini, Alizar menggunakan simbol tubuh manusia untuk menggambarkan bagaimana bahasa merupakan bagian integral dari diri seseorang, menciptakan jalinan yang erat antara kata-kata dan pengalaman personal.

Simbol Tubuh dan Bahasa

Puisi dimulai dengan gambaran seorang ahli bahasa yang "telah menciptakan ribuan kata dari dirinya." Frasa ini menciptakan kesan bahwa bahasa bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga ekspresi dari jati diri yang lebih dalam. Penggunaan istilah "ribuan kata" menunjukkan kekayaan bahasa dan bagaimana setiap kata merupakan representasi dari pemikiran, pengalaman, dan emosi.

Alizar melanjutkan dengan merincikan bagian-bagian tubuh, seperti "tulang tungkai," "tulang tangan," dan "tulang rusuk," yang masing-masing terpisah menjadi "sepotong kanan dirinya" dan "sepotong kiri dirinya." Ini menciptakan gambaran visual yang kuat tentang dualitas dan kesatuan. Masing-masing bagian tubuh yang disebutkan seolah berbicara dan berkontribusi pada pembentukan bahasa. Pengulangan struktur ini menegaskan bahwa setiap aspek dari tubuh berperan dalam menciptakan identitas dan cara kita mengekspresikan diri.

Bahasa sebagai Jembatan Identitas

Setiap bagian tubuh dalam puisi ini memiliki peran unik dalam proses penciptaan bahasa. "Sama-sama bicara keduanya, sama-sama jadi bahasa keduanya," menunjukkan bahwa identitas kita dibentuk oleh interaksi antara berbagai elemen dalam diri kita. Dengan kata lain, bahasa bukan hanya sekadar penggambaran fisik, tetapi juga refleksi dari kompleksitas emosi dan pikiran yang menyertainya.

Konsep ini menggarisbawahi bahwa bahasa adalah medium yang memungkinkan individu untuk berbagi dan mengkomunikasikan pengalaman hidup mereka. Dalam konteks ini, bahasa menjadi jembatan yang menghubungkan antara diri dan dunia luar, serta antara individu dengan individu lainnya.

Kebebasan dalam Ekspresi

Di akhir puisi, Alizar menulis, "menguap, mengudara, lepas dari dirinya." Frasa ini menciptakan imaji tentang kebebasan bahasa. Setelah dibentuk dan diungkapkan, bahasa mampu terbang jauh dari sumbernya, membawa makna dan pesan yang dapat ditafsirkan oleh orang lain. Ini menggambarkan bagaimana bahasa bisa menjadi alat untuk menjelajahi dunia, berbagi pemikiran, dan membangun koneksi dengan orang lain.

Proses "lepas dari dirinya" menunjukkan bahwa setelah bahasa diciptakan, ia tidak lagi terikat pada individu tertentu. Kata-kata yang dihasilkan dapat menjangkau dan menyentuh banyak hati, memberikan dampak yang lebih luas. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun bahasa berasal dari pengalaman pribadi, ia juga memiliki potensi untuk menjadi universal.

Merenungkan Diri Melalui Bahasa

Puisi "Bahasa yang Melukis Dirinya" karya Alizar Tanjung adalah sebuah karya yang kaya akan makna dan refleksi. Melalui penggunaan simbol tubuh, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara bahasa dan identitas. Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga representasi dari jati diri kita, yang dibentuk oleh pengalaman, emosi, dan interaksi dengan dunia sekitar.

Dalam setiap kata yang diucapkan, terdapat lapisan makna yang menggambarkan siapa kita sebenarnya. Alizar berhasil menunjukkan bahwa dalam setiap ekspresi bahasa, terdapat bagian dari diri kita yang terungkap, memberikan suara pada kerinduan, kebahagiaan, dan perjuangan yang kita alami. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya bahasa dalam membentuk identitas kita dan menghubungkan kita dengan orang lain di dunia ini.

Alizar Tanjung
Puisi: Bahasa yang Melukis Dirinya
Karya: Alizar Tanjung

Biodata Alizar Tanjung:
  • Alizar Tanjung lahir pada tanggal 10 April 1987 di Solok.
© Sepenuhnya. All rights reserved.