Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Air Mara (Karya Gus tf)

Puisi "Air Mara" karya Gus tf menyajikan eksplorasi mendalam tentang eksistensi, kenangan, dan perasaan kecil dalam konteks alam dan kehidupan.
Air Mara

Laut, bagimu, tak mungkin lagi cuma gelombang. Air mara, ingatan melejang, bibir gemetar ke pasi kata. Ah, peri mungil, aku cuma debu kerdil (jauh dari umpamamu "si kerikil kecil"). Bumi menggegar, laut meluap, betapa remeh hidup menguap.

Rumah, bagimu, kupu-kupu melukis sayap. Jaga, atau lelap, kelepak aduh ke mekar senyap. Ah, peri pedihduka, aku cuma tumpukan bebal (jauh dari ungkapmu "si peka, airmata bantal"). Kuburan massal, tubuh berguling, betapa fana buraian daging.

Puisi, bagimu—

Banda Aceh, 2007

Analisis Puisi:

Puisi "Air Mara" karya Gus tf menyajikan eksplorasi mendalam tentang eksistensi, kenangan, dan perasaan kecil dalam konteks alam dan kehidupan. Melalui bahasa yang kaya dan simbolisme yang kuat, puisi ini menawarkan refleksi yang tajam tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan dunia di sekelilingnya dan bagaimana mereka memaknai kehidupan serta kematian.

Laut dan Gelombang

  • "Laut, bagimu, tak mungkin lagi cuma gelombang" mengindikasikan bahwa laut bukan hanya sebuah entitas fisik, tetapi juga sarana untuk menggambarkan perasaan yang lebih dalam. Laut di sini melambangkan sesuatu yang lebih besar dari sekadar fenomena alam; ia mencerminkan kedalaman emosi dan ingatan yang terus-menerus bergelora.
  • "Air mara, ingatan melejang, bibir gemetar ke pasi kata" menunjukkan bahwa kenangan dan perasaan bisa menjadi sangat intens, sampai-sampai sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Air mara, dalam konteks ini, bisa merujuk pada kekacauan emosional yang timbul dari kenangan atau pengalaman yang sangat mendalam.

Rumah dan Kupu-Kupu

  • "Rumah, bagimu, kupu-kupu melukis sayap" menggambarkan rumah sebagai tempat yang lembut dan penuh makna, yang mungkin tampak indah dan sementara, seperti kupu-kupu yang mewarnai sayapnya. Ini menciptakan kontras dengan kenyataan hidup yang lebih keras dan sementara.
  • "Ah, peri pedihduka, aku cuma tumpukan bebal" mengungkapkan rasa ketidakberdayaan dan keterasingan. Perasaan ini bisa timbul dari pengalaman hidup yang berat dan membuat seseorang merasa kecil dan tidak berarti dibandingkan dengan harapan atau standar ideal yang ada.

Kematian dan Ketenangan

  • "Kuburan massal, tubuh berguling, betapa fana buraian daging" menggambarkan kematian sebagai sesuatu yang tak terhindarkan dan sering kali dianggap remeh dibandingkan dengan kehidupan itu sendiri. Penggambaran ini memperlihatkan betapa cepatnya tubuh fisik menjadi bagian dari tanah dan bagaimana eksistensi manusia menjadi sesuatu yang sangat sementara.

Gaya Bahasa dan Struktur

Puisi ini menggunakan bahasa yang metaforis dan puitis untuk menyampaikan pesan-pesan kompleks. Struktur puisi yang tidak terikat oleh bentuk konvensional memungkinkan Gus tf untuk mengeksplorasi tema dengan kebebasan kreatif. Pilihan kata yang digunakan, seperti "peri mungil," "tumpukan bebal," dan "kuburan massal," memberikan nuansa yang mendalam dan emosional, menambah intensitas makna yang terkandung dalam puisi.

Puisi "Air Mara" karya Gus tf adalah puisi yang kaya akan simbolisme dan emosi, menggambarkan bagaimana manusia berinteraksi dengan alam dan pengalaman mereka. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti laut, rumah, dan kuburan massal, puisi ini menawarkan pandangan yang mendalam tentang kehidupan, kematian, dan makna eksistensi. Dengan gaya bahasa yang metaforis dan struktur yang fleksibel, puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang kedalaman emosi dan bagaimana kita memahami tempat kita di dunia ini.

Gus tf Sakai
Puisi: Air Mara
Karya: Gus tf

Biodata Gus tf Sakai:
  • Gustrafizal Busra atau lebih dikenal Gus tf Sakai lahir pada tanggal 13 Agustus 1965 di Payakumbuh, Sumatera Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.