Puisi: Tengah Malam (Karya Frans Nadjira)

Puisi "Tengah Malam" karya Frans Nadjira mengajak pembaca untuk memasuki dunia imajinatif yang kompleks dan filosofis.
Tengah Malam

  Mustahil aku tidur
selama anak-anak itu di sini
memainkan bayang tubuhnya
gepeng seperti wayang
Berapa lama kau mengatur
                semua ini?

Udara memang lewat di atas Nias. Pun
depan dapur yang lama dingin
(dengan mata ikan koki
orang-orang busung merangkak
          menjerit
elang dan potongan-potongan awan
menyerbu ke arahnya)

Tutup auratmu!
Tapi orang-orang itu merangkak ke dadaku
bagaimana aku dapat menenteramkan hatiku?

Laut surut menghirup airnya sendiri
Semangka busuk menghempas dirinya
  karena tak kuasa menyamai
  bulatan bulan. Warna berangkai
  bersusun jadi tangga.

Naiklah, pakai tangga itu. Orang-orang
yang meminta hujan, kita bermain bayang
Anak-anak telah menyediakan dirinya
jadi wayang
Kau dalang

Sumber: Jendela Jadikan Sajak (2003)

Analisis Puisi:

Puisi "Tengah Malam" karya Frans Nadjira adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan gambaran-gambaran yang kuat dan misterius, mengajak pembaca untuk memasuki dunia imajinatif yang kompleks dan filosofis. Dengan penggunaan bahasa yang berani dan simbolisme yang kaya, puisi ini mengungkapkan tema-tema tentang eksistensi, kehidupan, dan alam semesta.

Tema dan Motif

Puisi ini mengangkat tema ketidakmampuan untuk tidur, yang menjadi pintu masuk untuk mengeksplorasi berbagai aspek kehidupan dan alam semesta. Motif-motif seperti anak-anak yang bermain seperti wayang, udara yang lewat di atas Nias, dan gambaran laut serta bulan, semua menggambarkan kompleksitas alam dan eksistensi manusia dalam konteks yang lebih luas.

Gaya Bahasa dan Imaji

Gaya bahasa dalam puisi ini sangat khas dengan penggunaan imaji-imaji yang kuat dan simbolisme yang dalam. Misalnya, "anak-anak itu di sini / memainkan bayang tubuhnya / gepeng seperti wayang" menggambarkan permainan anak-anak sebagai simbol dari manusia yang beraksi dalam bayang-bayang eksistensi mereka sendiri. Penggunaan kata-kata seperti "udara memang lewat di atas Nias" memberikan kesan luasnya eksistensi dan perjalanan alam.

Struktur dan Ritme

Puisi ini memiliki struktur yang terdiri dari beberapa fragmen atau potongan kalimat yang tersebar, menciptakan kesan dari berbagai sudut pandang dan gambaran. Ritme puisi ini terasa seperti aliran pikiran yang tidak teratur namun mengalir dengan kekayaan makna, menuntun pembaca melalui serangkaian gambaran yang berbeda-beda.

Makna dan Interpretasi

Interpretasi dari puisi ini sangat terbuka dan subjektif tergantung pada pemahaman masing-masing pembaca. Secara umum, "Tengah Malam" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas kehidupan, eksistensi, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Puisi ini juga menghadirkan pertanyaan filosofis tentang peran manusia dalam tatanan alam, serta upaya untuk mencari kedamaian dan makna di tengah-tengah kegelisahan.

Puisi "Tengah Malam" adalah sebuah puisi yang menantang dengan gaya bahasa yang eksperimental dan simbolisme yang dalam. Frans Nadjira berhasil menciptakan gambaran yang intens dan memikat, memperlihatkan kepada pembaca bagaimana kehidupan dan alam semesta bisa dipandang dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang eksistensi dan perjalanan kehidupan melalui bahasa yang puitis dan filosofis.

Dengan demikian, "Tengah Malam" tidak hanya menggambarkan sebuah narasi atau gambaran, tetapi juga merupakan sebuah perjalanan intelektual dan emosional yang mendalam bagi siapa pun yang memasuki dunianya melalui kata-kata dan imaji yang dipilih dengan cermat.

Frans Nadjira
Puisi: Tengah Malam
Karya: Frans Nadjira

Biodata Frans Nadjira:
  • Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.