Sungai Mississippi (1)
"Mesin, berikan kartu nasibku hari ini"
kataku sejam lalu
sewaktu menekan tombol sebuah kotak
Tapi yang meluncur ke luar
sebuah kapal es krim. Begitu sempurna.
Dengan kapal itu, kini
kulayari Mississippi. Sesat
di antara penumpang lain
yang tak kukenal. Bercakap
campur aduk
mabuk
semaput
saling beradu gelas
bayangan mereka tindih menindih dalam kaca:
"Minum, ini anggur dari cairan otak orang Indian!"
Minum, baru sejam lalu aku meminta
kartu nasibku pada sebuah kotak es krim
Wajahku yang aneh menempel pucat di kaca
awal musim dingin
Menempel pucat di daun yang terhimpit
di bawah sepatu seorang tua
yang meludah seenaknya
di tepi jalan di taman-taman. Awal musim dingin
Belahan bumi yang lain
Cuaca yang lain. Mengapa bumi tak rata
agar matahari dapat membagi cahayanya?
Baru sejam lalu aku menginginkan kartu nasibku
Setelah makan kenyang. Setelah membanggakan
Borobudur
yang kini sedang dipugar pada seorang komunis yang
sinis
Setelah melihat daun rontok terseret sepanjang jalan.
Mississippi, masa lalu adalah kawah bawah laut
Dan anggur tak akan mampu mengusir rasa takut.
Sungai Mississippi (2)
You're crazy! Tapi kita sama saja
tak paham diri sendiri
menolak menerimanya
berlari
ke halaman suatu senja, berdiri
mengangakan mulut ke langit
meramal gelagat cuaca
memandang ke dua garis asap melengkung jingga:
orang-orang berangkat
entah tiba atau tidak
Namaku Mark Twain. Aslinya: Samuel Clemens. Kau?
Aku? Baru sejam lalu aku bicara dengan seseorang
tentang Borobudur. Tentang bumi yang tak ceper.
Tentang
mereka yang lahir di suatu tempat tapi tak lagi memiliki
tempat. Tentang salju dan angin puyuh. Tentang roh,
kelahiran, nasib dan kematian. Tentang diriku yang retak
bagian dalamnya dan selalu menjenguk ke luar.
Sebab inginku
lahir sebagai gunung
yang dapat menghancurkan tubuhnya
dan setiap pecahan menjadi kristal api.
Atau
jadi RASA mengalir dalam udara
meniup ke paru-paru
berkata hirup yang dalam
Hirup Hirup
Lalu mereka pun hidup.
Jadi aku yang memberi hidup
Aku yang meniupkan roh
Aku yang menyeberang di siang lengang
menyapa bayang-bayang
yang setia mengikut raga.
Tapi nyatanya
Aku tak pernah tahu
kapan aku akan lahir dari rahim yang mana
Dan begini jadi orang yang sukar
akrab dengan diri sendiri. Yes, I'm crazy memang
but I'm not a suicidal person.
"Tapi kau belum menyebutkan namamu"
Sumber: Jendela Jadikan Sajak (2003)
Analisis Puisi:
Puisi "Sungai Mississippi" karya Frans Nadjira adalah sebuah karya yang memadukan elemen-elemen imajinatif dengan refleksi pribadi yang dalam. Melalui dua bagian yang berbeda, puisi ini membawa pembaca dalam perjalanan yang melibatkan pengalaman sehari-hari, pertimbangan filosofis, dan pertanyaan tentang eksistensi diri.
Tema Utama
- Perjalanan dan Refleksi: Puisi ini menggambarkan sebuah perjalanan fisik melintasi Sungai Mississippi, tetapi juga perjalanan introspektif ke dalam pikiran dan perasaan sang penyair. Tema perjalanan tidak hanya fisik, tetapi juga menggambarkan perjalanan batin dan pencarian akan identitas diri.
- Ketidakpastian dan Pencarian Identitas: Pembaca dibawa ke dalam pikiran sang penyair, yang merenungkan tentang masa lalu, kebingungan akan masa depan, dan pencarian akan identitas diri. Ada kegelisahan yang mendalam tentang ketidakpastian hidup dan keberadaan.
- Dialog Internal dan Eksternal: Puisi ini menggabungkan dialog internal sang penyair dengan percakapan eksternal antara dua individu yang tidak dikenal. Dialog ini menciptakan lapisan emosional yang kompleks dan menambah dimensi psikologis dalam puisi.
Struktur dan Gaya Bahasa
- Imajinatif dan Simbolis: Frans Nadjira menggunakan bahasa yang kaya dengan imajinasi yang kuat, memperkaya puisi dengan gambaran-gambaran yang kuat dan simbol-simbol yang mendalam. Sungai Mississippi menjadi metafora bagi perjalanan hidup, dengan segala kompleksitas dan ketidakpastiannya.
- Kontras dan Ironi: Puisi ini mengandung kontras antara kehidupan sehari-hari yang sederhana dengan pertimbangan filosofis yang mendalam. Ironi muncul dalam kebingungan dan ketidakpastian sang penyair, yang terus mencari makna dalam kehidupan.
Melalui perpaduan yang unik antara perjalanan fisik dan perjalanan batin, "Sungai Mississippi" mengeksplorasi tema-tema universal seperti identitas diri, ketidakpastian, dan perjalanan hidup. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas dan keindahan dalam menghadapi ketidakpastian, serta pentingnya pencarian akan makna dalam setiap perjalanan hidup.
Puisi: Sungai Mississippi
Karya: Frans Nadjira
Biodata Frans Nadjira:
- Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.