Puisi: Sepupu (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Puisi "Sepupu" karya Ari Pahala Hutabarat menggambarkan kerinduan, kesetiaan, dan harapan akan keterhubungan kembali di tengah kesibukan dan ...
Sepupu

kunjungi aku sekali waktu. kita sudah lama kenal.
telah banyak kau potret pantai dan muslihat yang dibuat
raksasa untuk menjebak musafir agar terdampar. sekarang
adalah saat yang tepat kau menjengukku.
jangan lupa bawa oleh-oleh. sekadar durian juga boleh.
dua-tiga tangkai hujan, keringat jakarta yang mempesona,
atau tanah keramat dari ujung sibolga
menginaplah di rumahku sekali waktu. agar kau kenal; betapa
ibu—alamat tetap yang dititip tuhan ke dalam tubuh
telah amat rindu padamu
bau subuh yang menempel di kerumun bambu
ziarahi muaraku . aku menunggu. bawalah lampu,
dan foto copy silsilah yang telah kau bingkai,
serta perkenalkan calon istrimu.
"dia wartawan—ingin meliput berapa jumlah kampung
di lampung yang terbakar. Sekalian—ia ingin memotret gajah."
katamu
"pacarmu cantik. harum hadramaut. matanya sekhusuk subuh"
"tapi maaf, kami tak bisa bermalam di rumah. banyak kepinding
katanya."
tak apa. kau sudah datang, bagiku adalah berkah.
betapa tak sia-sia darah menjadi muasal muara
muara yang kini mongering dan renta seperti rumah
rumah bagi nubuat yang pecah
kunjungi aku sekali waktu. biar sampai hilir sungaimu
ke hulu jantungku

2008

Analisis Puisi:

Puisi "Sepupu" karya Ari Pahala Hutabarat adalah sebuah karya yang menggambarkan keinginan untuk bertemu dan terhubung kembali dengan seseorang yang telah lama tidak bersua.

Tema Kesetiaan dan Kerinduan: Puisi ini menggambarkan tema kesetiaan dan kerinduan antara dua orang yang memiliki hubungan dekat, dalam hal ini, sepupu. Penyair mengekspresikan rasa kerinduannya dengan mengajak sepupunya untuk berkunjung dan menghabiskan waktu bersama.

Imaji Alam dan Kehidupan Sehari-hari: Dalam puisi ini, terdapat banyak imaji alam dan kehidupan sehari-hari yang digunakan untuk menggambarkan kedalaman perasaan sang penyair. Misalnya, pantai, muslihat raksasa, durian, hujan, Jakarta, dan kerumunan bambu. Imaji-imaji ini menciptakan nuansa yang kuat dan membantu pembaca merasakan suasana yang dihadapi oleh penyair.

Simbolisme "Muara": Penggunaan kata "muara" dalam puisi memiliki makna simbolis yang dalam. Muara bisa saja merujuk pada akhir dari sesuatu, atau tempat pertemuan antara dua aliran air yang berbeda. Dalam konteks puisi, "muara" bisa menjadi simbol dari hubungan yang telah lama terputus dan keinginan untuk menghidupkannya kembali.

Ruang Kenangan dan Hubungan Kekeluargaan: Penyair menciptakan ruang kenangan dan hubungan kekeluargaan yang hangat dan intim. Dia mengajak sepupunya untuk mengunjungi rumahnya, berbagi cerita, dan mengingat kembali momen-momen yang telah mereka lewati bersama.

Penolakan dengan Kehadiran yang Diterima: Meskipun ada penolakan atas tawaran untuk bermalam, penyair menerima kunjungan sepupunya sebagai berkah. Hal ini menunjukkan bahwa dia sangat menghargai kehadiran dan hubungan mereka meskipun tak sesuai harapan.

Harapan akan Rekonsiliasi dan Pertemuan: Puisi ini menggambarkan harapan akan rekonsiliasi dan pertemuan yang dalam antara dua orang yang pernah memiliki hubungan yang erat. Meskipun tak bisa bermalam, penyair tetap terbuka untuk bertemu, mengenang masa lalu, dan menghidupkan kembali hubungan yang terjalin di masa lalu.

Dengan kata lain, puisi "Sepupu" karya Ari Pahala Hutabarat adalah sebuah puisi yang menggambarkan kerinduan, kesetiaan, dan harapan akan keterhubungan kembali di tengah kesibukan dan perubahan kehidupan.

Ari Pahala Hutabarat
Puisi: Sepupu
Karya: Ari Pahala Hutabarat

Biodata Ari Pahala Hutabarat:
  • Ari Pahala Hutabarat (akrab disapa Ari atau Ucok) lahir pada tanggal 24 Agustus 1975 di Palembang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.