Puisi: Sepi Selalu Mengajak Kita Nakal (Karya Nyoman Anarti Panoshada)

Puisi "Sepi Selalu Mengajak Kita Nakal" karya Nyoman Anarti Panoshada menghadirkan sebuah narasi yang mendalam tentang hubungan antara kesepian, ...
Sepi Selalu Mengajak Kita Nakal

Ketika kita menangkap wujud di antara tangan kita
yang kemudian kita kunyah dalam renung
alangkah manisnya kecap yang terdengar
alangkah laparnya kita dengan birahi
(Sepi selalu saja mengajak kita nakal
memain dadu tanpa malu
dan selalu saja
kita menjadi paham)
Nyanyikan, nyanyian bukan lagi suara
yang terjatuh dari langit
tapi decak selangkangan kita yang gemetar
pyaaarrrrr
bayi terpelanting
melengking nyaring
(sepi suara yang terbuang
bayi itu melengking bukan karena haru sepertiku)

Yogyakarta, 27 Mei 1980

Sumber: Astana Kastawa 2 (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Sepi Selalu Mengajak Kita Nakal" karya Nyoman Anarti Panoshada menghadirkan sebuah narasi yang mendalam tentang hubungan antara kesepian, keinginan, dan refleksi diri manusia. Dengan menggunakan bahasa yang kaya akan gambaran visual dan simbolisme yang kuat, Panoshada mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas emosi dan kehidupan manusia.

Kesepian dan Kehadiran Manusia

Puisi ini dibuka dengan gambaran "ketika kita menangkap wujud di antara tangan kita", menciptakan suasana kehadiran dan kesadaran akan eksistensi kita di tengah kesepian. "Wujud" yang ditangkap dapat diinterpretasikan sebagai makna atau substansi dari keberadaan manusia dalam ruang hampa atau kesunyian.

Renungan dan Kepuasan Diri

Baris "yang kemudian kita kunyah dalam renung" menggambarkan proses refleksi atau introspeksi diri yang mendalam. Tindakan "mengunyah dalam renung" menyoroti cara manusia menghadapi dan mengolah pengalaman mereka sendiri untuk mencapai pemahaman atau kepuasan diri.

Keberanian dan Keinginan Manusia

Puisi ini menggambarkan kesepian sebagai dorongan untuk bertindak di luar batas-batas konvensional. Ungkapan "Sepi selalu saja mengajak kita nakal / memain dadu tanpa malu" menunjukkan bagaimana kesepian bisa membangkitkan keinginan untuk mengeksplorasi atau melakukan tindakan yang mungkin dianggap berani atau tidak lazim.

Simbolisme Suara dan Kehidupan Emosional

Baris "nyanyikan, nyanyian bukan lagi suara / yang terjatuh dari langit" menciptakan pergeseran dari representasi suara yang abstrak menjadi gambaran konkret tentang ekspresi emosional manusia. Suara "decak selangkangan kita yang gemetar" dan bayi yang "melengking nyaring" memberikan gambaran tentang kehidupan emosional yang intens dan penuh dengan kehidupan.

Pemaknaan dan Interpretasi Kehidupan

Puisi ini berakhir dengan pertanyaan filosofis tentang makna dari suara-suara yang kita dengar dalam kehidupan kita. Perbandingan "bayi terpelanting" dengan ekspresi "melengking bukan karena haru sepertiku" mengundang pembaca untuk merenungkan makna dari pengalaman hidup dan bagaimana kita memahaminya.

Puisi "Sepi Selalu Mengajak Kita Nakal" karya Nyoman Anarti Panoshada adalah sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenung tentang kompleksitas emosi manusia dalam menghadapi kesepian dan keinginan. Dengan menggunakan bahasa yang mendalam dan simbolisme yang kaya, Panoshada berhasil menciptakan sebuah narasi yang tidak hanya menggambarkan pengalaman manusia, tetapi juga mengajak untuk introspeksi tentang arti dari kehidupan dan interaksi kita dengan kesepian dan keinginan dalam diri kita sendiri.

Puisi
Puisi: Sepi Selalu Mengajak Kita Nakal
Karya: Nyoman Anarti Panoshada

Biodata Nyoman Anarti Panoshada:
  • Nyoman Anarti Panoshada lahir pada tanggal 15 Oktober 1955 di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.