Puisi: Seperti Biasa (Karya Avianti Armand)

Puisi "Seperti Biasa" karya Avianti Armand mengeksplorasi tema nostalgia, rutinitas, dan kerumitan hubungan manusia. Penyair menggunakan gambaran ...
Seperti Biasa

Seperti biasa,
kita terdampar lagi
pada chorus terakhir sebuah karusel
dan satu malam sepia;

Tempat ini mungkin telah memilih
memorinya sendiri;
bulan di kubangan
dan deret bohlam kusam,
kuda-kuda kayu letih
dan rasa perih mimpi
yang mengelupas
dari tidur
musim panas.

"Yang hilang dari pagi
adalah mimpi kehilangan,"

tulismu, pada sebuah pesan pendek.

Barangkali kamu, aku,
belum bosan berotasi.
Poros ini memang pernah
melontarkan kita
ke dingin dinding batu
lorong-lorong medina
yang tertahan dalam
sepasang sepatu.
Dan kita tersesat
sambil berpelukan
di gumam doa
tengah malam.

Tapi pada cermin yang berkarat
cuma ada pantulan
dari sebuah
titik berangkat.

"Cinta," katamu,
"lebih baik tidak diucapkan.
Atau dia akan
Lenyap."

Seperti biasa,
kita akan segera lupa
bahwa kita selalu pulang
pada luka
yang sama.

"Apakah pernah kukatakan
Aku mencintaimu?"
9 Desember 2011: Jam 00.32

Sumber: Buku Tentang Ruang (2016)

Analisis Puisi:
Puisi "Seperti Biasa" karya Avianti Armand mengeksplorasi tema nostalgia, rutinitas, dan kerumitan hubungan manusia. Penyair menggunakan gambaran-gambaran seperti karusel, malam sepia, dan pesan pendek untuk mengekspresikan perasaan yang kompleks dalam hubungan.

Kerumitan Hubungan Manusia: Dalam puisi ini, Armand menyoroti kerumitan hubungan antarmanusia. Meskipun pengalaman yang digambarkan biasa-biasa saja, ada nuansa kebingungan, kekosongan, dan kehilangan. Pesan pendek yang disampaikan mencerminkan ketidakmampuan sepenuhnya untuk mengungkapkan perasaan, atau bahkan ketakutan akan kehilangan rasa tersebut.

Nuansa Nostalgia: Gaya bahasa puisi menciptakan suasana nostalgia yang kuat. Malam sepia dan gambaran-gambaran lainnya membangkitkan memori tentang masa lalu, yang mungkin penuh dengan kebahagiaan dan kekecewaan. Meskipun demikian, nostalgia itu juga membawa kesedihan dan kehilangan yang tak terungkapkan.

Rutinitas dan Pengulangan: Penggunaan frase "seperti biasa" menunjukkan rutinitas dan kebosanan yang mungkin dirasakan oleh subjek puisi. Meskipun ada kebosanan dan kelelahan dari rutinitas, mereka tetap terperangkap dalam lingkaran yang sama, menunjukkan sulitnya melangkah keluar dari pola yang sudah dikenal.

Kesulitan dalam Komunikasi: Pesan pendek yang disampaikan menyoroti kesulitan dalam berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan. Ada ketakutan bahwa mengungkapkan cinta akan mengakibatkan kehilangan, sehingga mereka lebih memilih untuk tetap diam. Ini mencerminkan ketidakmampuan manusia untuk sepenuhnya terhubung satu sama lain.

Penutup yang Merenung: Dengan pertanyaan terakhir, "Apakah pernah kukatakan Aku mencintaimu?" penyair menegaskan ketidakpastian dan keraguan dalam hubungan. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada perasaan yang dalam, mereka mungkin tidak pernah diungkapkan sepenuhnya.

Puisi "Seperti Biasa" adalah refleksi yang kuat tentang kerumitan, rutinitas, dan kesulitan dalam hubungan manusia. Dengan gaya bahasa yang indah dan gambaran yang kuat, Avianti Armand berhasil menghadirkan sebuah karya yang memprovokasi pemikiran tentang cinta, kehilangan, dan nostalgia dalam kehidupan manusia.

Avianti Armand
Puisi: Seperti Biasa
Karya: Avianti Armand

Biodata Avianti Armand:
Avianti Armand lahir pada tanggal 12 Juli 1969 di Jakarta, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.