Puisi: Sentuhan (Karya Mahatmanto)

Puisi "Sentuhan" karya Mahatmanto menggambarkan perjalanan personal yang sarat dengan kepekaan terhadap sentuhan-sentuhan fisik dan reaksi sosial ...
Sentuhan

Aku berjalan meraba-raba
menyusuri tembok-tembok
pagar-pagar jalanan
Bukan karena aku buta
bukan karena malam gulita
di mana mata tak menampak
suatu apa
Tetapi karena aku suka
menikmati sentuhan-sentuhan
atas benda-benda

pada sentuhan-sentuhan itu
aku merasa duka dan derita
cita-cita dan cinta

Bangsat-bangsat kecil itu menyangka
aku justru buta
tak berdaya
mereka melempariku
dengan sejumlah kata-kata
tak bermakna
tak perduli
aku gemari bunga-bunga
melati dan kamboja.

1969

Sumber: Astana Kastawa II (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Sentuhan" karya Mahatmanto merupakan sebuah eksplorasi yang mendalam tentang pengalaman sensoris dan respons emosional terhadap lingkungan sekitar. Dalam puisi ini, Mahatmanto menggambarkan perjalanan personal yang sarat dengan kepekaan terhadap sentuhan-sentuhan fisik dan reaksi sosial terhadapnya.

Tema Sentuhan dan Pengalaman Emosional

Puisi ini mengeksplorasi tema sentuhan sebagai medium untuk merasakan dan memahami dunia sekitar. Mahatmanto menciptakan gambaran tentang bagaimana sentuhan pada benda-benda fisik dapat membangkitkan berbagai emosi, termasuk duka, derita, cita-cita, dan cinta. Sentuhan-sentuhan ini tidak hanya fisik, tetapi juga melambangkan interaksi manusia dengan lingkungan dan masyarakat.

Penggunaan Metafora dan Imajeri

Mahatmanto menggunakan metafora dan imajeri yang kuat untuk menggambarkan pengalaman dalam puisi ini. Misalnya, "aku merasa duka dan derita / cita-cita dan cinta" menggambarkan kompleksitas emosi yang timbul dari interaksi dengan benda-benda fisik. Penggunaan kata-kata seperti "Bangsat-bangsat kecil" untuk menggambarkan mereka yang tidak memahami atau menghargai kepekaan penyair terhadap sentuhan-sentuhan tersebut menambahkan dimensi sosial dan konflik dalam puisi.

Gaya Bahasa yang Kuat

Gaya bahasa Mahatmanto dalam puisi ini terasa langsung dan tajam. Pemilihan kata-kata yang kuat seperti "Bangsat-bangsat kecil" dan "mereka melempariku / dengan sejumlah kata-kata / tak bermakna" menunjukkan kekecewaan dan ketidakpuasan penyair terhadap ketidakpahaman orang lain terhadap pengalaman pribadinya.

Struktur dan Ekspresi Diri

Puisi ini memiliki struktur yang sederhana namun penuh dengan makna. Tiap bait menggambarkan momen-momen refleksi dan respons terhadap lingkungan sekitar, menciptakan narasi yang intim dan puitis tentang kepekaan sensoris dan emosional.

Puisi "Sentuhan" karya Mahatmanto adalah sebuah karya yang menggambarkan kepekaan terhadap sentuhan fisik dan reaksi sosial terhadapnya. Dengan gaya bahasa yang kuat dan imaji yang intens, Mahatmanto berhasil menghadirkan sebuah narasi puitis tentang pengalaman personal yang mendalam dan kompleks. Puisi ini tidak hanya mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan manusia dengan lingkungan fisiknya, tetapi juga tentang bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi dan mencerminkan kompleksitas emosi dan identitas individu.

Dengan demikian, puisi "Sentuhan" bukan hanya sebuah pengamatan tentang dunia luar, tetapi juga sebuah pengungkapan yang mendalam tentang perjalanan batin dan interaksi manusia dengan realitas sekitarnya.

Puisi: Sentuhan
Puisi: Sentuhan
Karya: Mahatmanto

Biodata Mahatmanto:
  • Mahatmanto (nama sebenarnya adalah R. Suradal Abdul Manan) lahir di Kulur, Adikarta, Yogyakarta, pada tanggal 13 Agustus 1924.
  • Dalam dunia sastra, Mahatmanto menggunakan cukup banyak nama samaran, beberapa di antaranya adalah Abu Chalis, Murbaningrt, Murbaningsih, Murbaningrad, Moerbaningsih, SA Murbaningrad, Suradal, Sang Agung, dan Sri Armajati Murbaningsih.
© Sepenuhnya. All rights reserved.