Puisi: Seekor Burung Tersesat di Taman Matahari Terbenam (Karya Frans Nadjira)

Puisi "Seekor Burung Tersesat di Taman Matahari Terbenam" karya Frans Nadjira menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan kesendirian, ...
Seekor Burung Tersesat
di Taman Matahari Terbenam

Gelak tawa, adalah sebuah ledakan
yang melemparkan kita dari dunia
dan menjatuhkan kita 
ke dalam kesendirian yang mandul.
(Milan Kundera)

Seekor burung tersesat di taman matahari terbenam.
Pesta gelak tawa usai. Lonceng-lonceng kertas
tergantung di jendela dingin
Seperti kelopak bunga yang kehilangan wanginya
di serak asbak rokok.

Usia tua bergerak seperti upacara sungai tak terduga
Seorang perempuan menggantung bajunya
di lorong gelap
Tersedu di cermin melihat dadanya
Seperti ayunan di taman matahari terbenam.
Dia menyeberangi dirinya
dengan remah gelak tawa
Bayang-bayang tersisa
Air mancur dari lahar menggelegak.
Sebuah ayunan di taman matahari terbenam.

Seekor burung tersesat ke liang malam
Bersarang di tenggorokan tempat sungai bermuara.
Selangkah lagi Liang malam itu
Selangkah lagi Pisau cukur itu
Menatap remah gelak tawa di lorong gelap. 

Sisa bayang-bayang menyalakan api 
Dari maut Dari rahasia jalan
Kita malam Kita burung cahaya
Kita badai matahari yang bergejolak di usia tua
Kita burung yang tersesat di sebuah taman
Kita ayunan yang menanti matahari terbenam.

Analisis Puisi:

Puisi "Seekor Burung Tersesat di Taman Matahari Terbenam" karya Frans Nadjira adalah sebuah karya yang kaya dengan simbolisme dan penuh dengan makna yang mendalam. Puisi ini menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan kesendirian, kerentanan, dan pencarian jati diri. Melalui penggunaan metafora yang kuat dan gambar-gambar visual yang kaya, Nadjira menyampaikan pesan-pesan tentang eksistensi manusia dan pergolakan batin.

Tema Utama: Kesendirian dan Pencarian Jati Diri

Tema utama dari puisi ini adalah kesendirian dan pencarian jati diri. Burung yang tersesat di taman matahari terbenam melambangkan individu yang merasa terasing dan kehilangan arah dalam perjalanan hidupnya. Matahari terbenam sendiri adalah simbol dari akhir atau penutup, yang menambah nuansa melankolis dan reflektif pada puisi ini.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini memiliki struktur yang bebas dan tidak terikat oleh rima atau metrum tertentu. Gaya bahasanya sangat puitis dan penuh dengan metafora, memberikan ruang bagi interpretasi yang kaya. Penggunaan enjambemen memberikan aliran yang alami dan membiarkan setiap baris mengalir ke baris berikutnya dengan mulus.

Simbolisme

  1. Burung yang Tersesat: Burung yang tersesat melambangkan individu yang kehilangan arah atau tujuan dalam hidupnya. Ini bisa berarti seseorang yang merasa terasing dari lingkungan atau masyarakat, atau seseorang yang sedang mencari makna hidup.
  2. Taman Matahari Terbenam: Taman matahari terbenam melambangkan tempat yang penuh dengan keindahan namun juga akhir dari sesuatu. Ini menggambarkan dualitas kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan dan kesedihan, awal dan akhir.
  3. Lonceng Kertas dan Kelopak Bunga: Lonceng kertas yang tergantung di jendela dingin dan kelopak bunga yang kehilangan wanginya di serak asbak rokok melambangkan keindahan yang pudar dan kenangan yang hilang. Ini juga bisa melambangkan kerapuhan hidup dan keindahan yang sementara.
  4. Usia Tua dan Upacara Sungai: Usia tua yang bergerak seperti upacara sungai tak terduga melambangkan perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian. Sungai adalah simbol dari aliran waktu dan kehidupan yang terus bergerak, sementara usia tua menunjukkan perjalanan menuju akhir.
  5. Perempuan dan Cermin: Perempuan yang menggantung bajunya di lorong gelap dan tersedu di cermin melihat dadanya menggambarkan kerentanan dan introspeksi diri. Cermin adalah simbol dari refleksi diri dan kesadaran akan diri sendiri.
  6. Liang Malam dan Pisau Cukur: Liang malam dan pisau cukur melambangkan kedalaman dan kegelapan batin, serta kemungkinan kehancuran diri. Ini menggambarkan perjuangan internal dan perasaan putus asa.

Makna Mendalam

Puisi ini menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan pergolakan batin. Setiap simbol dan gambar visual yang digunakan Nadjira memberikan lapisan makna yang dalam tentang eksistensi manusia. Burung yang tersesat melambangkan pencarian makna hidup, sementara taman matahari terbenam menggambarkan keindahan dan kesedihan yang menyatu dalam perjalanan hidup.

Pengulangan dan Ritme

Pengulangan frasa seperti "seekor burung tersesat" dan "taman matahari terbenam" menekankan tema kesendirian dan pencarian. Ritme puisi ini tercipta melalui penggunaan enjambemen dan frasa yang mendalam, menciptakan aliran yang kontemplatif dan reflektif.

Puisi "Seekor Burung Tersesat di Taman Matahari Terbenam" adalah sebuah puisi yang kaya dengan simbolisme dan makna mendalam. Frans Nadjira melalui puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup yang penuh dengan kesendirian, kerentanan, dan pencarian jati diri. Setiap elemen dalam puisi ini, mulai dari burung yang tersesat hingga taman matahari terbenam, menggambarkan aspek-aspek kehidupan yang kompleks dan penuh dengan nuansa emosional. Puisi ini tidak hanya menjadi cermin bagi perasaan dan pengalaman individu, tetapi juga menawarkan wawasan tentang eksistensi manusia dalam konteks yang lebih luas.

Frans Nadjira
Puisi: Seekor Burung Tersesat di Taman Matahari Terbenam
Karya: Frans Nadjira

Biodata Frans Nadjira
  • Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.