Puisi: Sajak Tanganku Menggapai-gapai (Karya Nyoman Anarti Panoshada)

Puisi "Sajak Tanganku Menggapai-gapai" karya Nyoman Anarti Panoshada menghadirkan sebuah meditasi yang mendalam tentang eksistensi dan pencarian ...
Sajak Tanganku Menggapai-gapai

segala akan kosong di sana
rahasia padam nama dan wujud
batas waktu batas perjalanan
siapa bersemayam
apa bersemayam
batas makna tanganku menggapai-gapai
selamanya Kau akan jadi apa
buatku?
aku semakin tahu
kalau itu dungu
Kau membawa pedang
berdiri di mukaku
tersenyum begitu?
Yogyakarta, 30 Januari 1980

Sumber: Astana Kastawa 2 (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Tanganku Menggapai-gapai" karya Nyoman Anarti Panoshada menghadirkan sebuah meditasi yang mendalam tentang eksistensi dan pencarian makna dalam batas-batas kehidupan. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna tersirat, Panoshada membawa pembaca pada perjalanan reflektif melalui baris-baris puisinya.

Tema Kesunyian dan Kosongnya Eksistensi

Puisi ini dimulai dengan baris "segala akan kosong di sana", menciptakan suasana kesunyian dan hampa yang mendasari eksistensi manusia. Penekanan pada "rahasia padam nama dan wujud" menyoroti bagaimana identitas dan substansi diri dapat hilang atau tenggelam dalam ruang kosong yang abstrak.

Batas-Batas Waktu dan Perjalanan

Puisi ini menggambarkan batas waktu dan batas perjalanan sebagai entitas yang mengatur dan membatasi manusia dalam pencarian makna hidupnya. Pertanyaan "siapa bersemayam / apa bersemayam" mencerminkan pencarian identitas dan makna yang dalam, di tengah perjalanan hidup yang terbatas.

Pencarian Makna dan Identitas

Baris "batas makna tanganku menggapai-gapai" menyoroti upaya individu untuk mencapai pemahaman dan makna dalam kehidupan mereka. Tanganku yang mencoba menggapai-gapai menggambarkan ketidakpastian dan usaha yang terus-menerus untuk mencari tujuan dan identitas.

Dialog Internal dan Pertanyaan Eksistensial

Puisi ini juga menciptakan dialog internal yang kuat melalui pertanyaan retoris seperti "selamanya Kau akan jadi apa / buatku?". Pertanyaan ini mengeksplorasi hubungan antara individu dengan keberadaan atau makna lain, mengundang pembaca untuk merenungkan makna subjektif dari pengalaman hidup mereka sendiri.

Simbolisme Pedang dan Senyuman

Simbol pedang yang dibawa oleh "Kau" yang berdiri di muka penyair, sementara tersenyum, menimbulkan pertanyaan akan kekuatan, ancaman, atau bahkan perlindungan yang disediakan oleh makna atau eksistensi yang diwakili oleh "Kau". Senyuman yang tersirat dalam simbolisme ini menambah lapisan kompleksitas terhadap interpretasi puisi ini.

Puisi "Sajak Tanganku Menggapai-gapai" karya Nyoman Anarti Panoshada adalah sebuah karya yang membangkitkan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang eksistensi, makna hidup, dan pencarian identitas. Melalui bahasa yang puitis dan simbolisme yang kuat, Panoshada mengundang pembaca untuk mempertimbangkan kompleksitas dan misteri yang ada di dalam dan di sekitar kita.

Puisi
Puisi: Sajak Tanganku Menggapai-gapai
Karya: Nyoman Anarti Panoshada

Biodata Nyoman Anarti Panoshada:
  • Nyoman Anarti Panoshada lahir pada tanggal 15 Oktober 1955 di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.