Puisi: Sajak-Sajak Ultraviolet 18 (Karya Mahatmanto)

Puisi "Sajak-Sajak Ultraviolet 18" karya Mahatmanto menggambarkan pengalaman puitis tentang kesepian dan pencarian identitas di tengah alam yang ...
Sajak-Sajak Ultraviolet 18

Aku bayangi bayanganku sendiri
di sepanjang pantai berpasir ini
sampai capai kaki melangkah

Aku tidak bertemu seorang pun
selain kerang dan karang di sana-sini
kepiting yang berlari kembali ke pelukan ombak
setiap kali berpapasan

Tidak kuketemukan sesosok tubuh pun
sepasang buah dada dan paha putih-putih
dengan bulu romanya yang keemasan
uraian rambutnya yang pirang
terbaring terlentang menantang
sinar surya pantai kehangat-hangatan
di jilatan ujung lidah gelombang pasang
dan sepasang mata biru yang memandang letik.

11 Mei 1971

Sumber: Tonggak 1 (1987)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak-Sajak Ultraviolet 18" karya Mahatmanto adalah sebuah karya yang menggambarkan pengalaman puitis tentang kesepian dan pencarian identitas di tengah alam yang indah namun sunyi.

Tema Kesepian dan Keinginan: Puisi ini secara konsisten menggambarkan kesepian tokoh utama yang berjalan di sepanjang pantai yang sepi. Penggunaan bayangan diri sendiri dan ketiadaan sosok lain menekankan perasaan isolasi dan kekosongan yang dirasakan oleh tokoh.

Gambaran Alam: Mahatmanto menggunakan gambaran alam, seperti pantai berpasir, kerang, karang, dan kepiting, untuk menciptakan suasana alam yang tenang namun merenungkan. Pantai sebagai latar belakang memperkuat kontras antara kehampaan emosional tokoh dan keindahan alam yang mempesona.

Imaji Tubuh dan Keindahan: Puisi ini menciptakan imaji tubuh dan keindahan fisik yang tidak ada, seperti "sepasang buah dada dan paha putih-putih dengan bulu romanya yang keemasan". Ini menunjukkan keinginan tokoh untuk menemukan keindahan dan kedekatan fisik, namun hanya sebagai bayangan atau impian semata.

Bahasa dan Gaya: Bahasa yang digunakan sederhana namun mendalam, dengan penggunaan imaji yang kuat seperti "uraian rambutnya yang pirang" dan "sepasang mata biru yang memandang letik", menghadirkan gambaran yang jelas dan menggugah imajinasi pembaca.

Refleksi Pribadi dan Keadaan Emosional: Puisi ini dapat dilihat sebagai refleksi pribadi tokoh tentang keadaan emosionalnya yang dalam. Penggambaran yang intens terhadap kesepian dan keinginan untuk terhubung dengan sesuatu yang lebih besar atau lebih nyata menambah kedalaman puisi ini.

Melalui penggunaan bahasa yang indah dan gambaran yang kuat, puisi "Sajak-Sajak Ultraviolet 18" karya Mahatmanto berhasil menghadirkan suasana yang melankolis namun juga memikat pembaca dengan keindahan dan refleksi yang mendalam tentang eksistensi dan keinginan manusia untuk dikenali dan terhubung. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang kesepian, impian, dan keindahan yang mungkin hanya ada dalam dunia imajinasi atau kenangan.

Puisi: Sajak-Sajak Ultraviolet 18
Puisi: Sajak-Sajak Ultraviolet 18
Karya: Mahatmanto

Biodata Mahatmanto:
  • Mahatmanto (nama sebenarnya adalah R. Suradal Abdul Manan) lahir di Kulur, Adikarta, Yogyakarta, pada tanggal 13 Agustus 1924.
  • Dalam dunia sastra, Mahatmanto menggunakan cukup banyak nama samaran, beberapa di antaranya adalah Abu Chalis, Murbaningrt, Murbaningsih, Murbaningrad, Moerbaningsih, SA Murbaningrad, Suradal, Sang Agung, dan Sri Armajati Murbaningsih.
© Sepenuhnya. All rights reserved.