Puisi: Sadness Part Six (Karya Catur Stanis)

Puisi "Sadness Part Six" karya Catur Stanis menggambarkan perjalanan emosional yang kompleks melalui penggambaran detail kota, tempat-tempat khas, ...
Sadness Part Six
: bagi ira sasmita

hari ini tepat sepuluh purnama berjalan dalam gumam
saat kutinggalkan kota kita pada malam basah yang diam
diam-diam kini ku kembali ke muara tempat kita berbagi
pada kelam malam yang menjungkalkan mimpi dan harapan
kota kita bukan sekadar ruang ia hadir serupa seseorang
yang senantiasa menerbitkan rindu bila lama tak ditemu
ada rindu berkeringat dingin memanggil-manggil ingin
saat tak lagi kucium aroma kencing kuda di sekitar stasiunnya
bau parfum murahan di sekitar Bong Suwung dan Sarkem
adalah penanda khas tiap melewati pintu gerbangnya
beringsut ke selatan kujumpa Malioboro yang letih dan tua
keranjang sarat muatan serta berlobang di kanan kirinya
penuh sulam tambalan yang hening di ujung cuatannya
adalah tempat dimana kita memanja mata
menunda pagi tiba sembari menggembala malam
malam beraroma naga ditengah ceracau irama kacau
menggigil di ujung pisau lipat waktu-Nya
waktu terdiam kaku sebisu Ngejaman membeku
saat kita menggarit ujung langit dalam gerimis yang lungit
menguar bau asap sate Pak Dhe Amat di Alunalun Utara
serta kibas kipas penjual jagung bakar di Alunalun Kidul
pusaran mimpi semilyar hujan bunga mawar
dalam sayatan tembang Gadhung Melati
yang mengalun menjilat tengkuk bathin
adalah seremoni klasikal bagi jiwa yang terjungkal
telah kau buang segala ihwal kenangan
tak ada alasan untuk kembali merenda angan
duka beranak pinak mengaduk muak harapan
berdiri gamang menggamit trotoar tinggal selampit
lantaran di mangsa pongah yang gemagah
: aku menggigit sepi di sepotong bibir sunyi
merindumu hingga batas mati.

2011

Analisis Puisi:

Puisi "Sadness Part Six" karya Catur Stanis adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan emosional yang kompleks melalui penggambaran detail kota, tempat-tempat khas, dan nuansa alam. Dengan gaya yang puitis dan mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merasakan kedalaman perasaan yang dialami oleh penyair.

Tema Utama

Puisi ini mencerminkan tema utama tentang nostalgia, kehilangan, dan kesedihan yang melanda penyair dalam perjalanannya meninggalkan dan mengingat kembali kota yang pernah dihuninya bersama dengan seseorang yang dicintainya.

Struktur dan Bahasa

Puisi ini memiliki struktur yang panjang dengan kalimat-kalimat yang berjalan lancar namun sarat dengan makna. Penggunaan bahasa yang kaya akan detail dan imaji menghadirkan gambaran yang jelas tentang tempat-tempat dan situasi emosional yang dialami oleh penyair.
  • Deskripsi Kota: Penggambaran kota dan tempat-tempat khusus seperti "Bong Suwung," "Sarkem," dan "Malioboro" tidak hanya berfungsi sebagai latar belakang, tetapi juga membawa makna simbolis tentang kenangan dan perasaan yang terikat dengan tempat-tempat tersebut.
  • Nuansa Alam: Penggunaan gambaran alam seperti "gerimis yang lungit" dan "malam beraroma naga" menambahkan latar belakang alam yang kuat, sementara itu, menciptakan suasana yang mendalam dan emosional.

Perasaan dan Emosi

Puisi ini memperlihatkan rentetan perasaan yang beragam dari kehampaan, nostalgia, kehilangan, hingga kesedihan yang mendalam. Kata-kata seperti "telah kau buang segala ihwal kenangan" dan "duka beranak pinak mengaduk muak harapan" menggambarkan kompleksitas perasaan penyair yang berjuang dengan memori dan perasaannya sendiri.

Puisi "Sadness Part Six" karya Catur Stanis adalah sebuah puisi yang memukau dengan penggambaran yang mendalam tentang perasaan manusia dan hubungannya dengan tempat-tempat yang memiliki kenangan emosional. Dengan gaya yang puitis dan detail yang kaya, puisi ini berhasil menggambarkan sebuah perjalanan batin yang penuh dengan introspeksi dan refleksi. Pembaca diundang untuk merasakan dan memahami perasaan kompleks yang dihadapi oleh penyair dalam mengingat dan merindukan sesuatu yang telah hilang.

Catur Stanis
Puisi: Sadness Part Six
Karya: Catur Stanis

Biodata Catur Stanis:
  • Catur Stanis lahir dengan nama Catur Nugroho pada tahun 1969 di Ngampilan, Yogyakarta. 
  • Catur Stanis meninggal dunia pada tanggal 9 April 2015
© Sepenuhnya. All rights reserved.