Rapai
Ceritakanlah pada musim itu Rapai ditabuhkan
merias malam demi malam dalam gempita
menghubungkan mimpi dengan mimpi
dalam gelap darah penari debus.
Maka, saat itu kau tabuh Rapai makin keras
teriris gendang telinga penonton;
sorak-sorai kian membahana
ikuti irama yang kau tabuhkan.
Maka, akhir cerita yang kau kabarkan
kau tinggal sendiri di arena
bersama ilalang saling berpandangan;
airmata bercucuran sampai pagi.
Aku terkekeh mendengarnya
penderitaan hanya mimpi
bagi penabuh Rapai,
namun kelak, kau tak ingin lagi di arena
mendekam hasrat sunyi.
Pondok Kates, 16/01/2016
Puisi: Rapai
Karya: Mahdi Idris