Puisi: Pidato Seorang Mahasiswa di Makam Pahlawan (Karya Frans Nadjira)

Puisi "Pidato Seorang Mahasiswa di Makam Pahlawan" karya Frans Nadjira mencerminkan perasaan perjuangan, kegigihan, dan penghormatan terhadap para ...
Pidato Seorang Mahasiswa di Makam Pahlawan


Puasa kesabaranku usai sudah.
Sampai ke batas. Di depan pintu-pintu bisu
Berjuta mata menatap Berjuta mulut meratap
Tangan menggenggam tangan mengeras di udara.
Negeri ini sedang gering
Sebuah singgasana
Menggigil di dahi orang-orang miskin
Yang menatap Yang meratap
Tak ada pilihan lain
Setelah kemarau panjang
Sungai-sungai mengering tohor dan kotor

Dengan kepatuhan seribu burung beo
Bayangan meloncat
Dari tahun ke tahun ringan dan bebal
Melingkar seperti ular berlendir
Memeluk singgasana lagu senja hari
Maka tak ada pilihan lain Spanduk dukaku
Dan puasa kesabaranku Kulepas ke angkasa
Menjadi burung gagak menjadi mata menjadi mulut
Menjadi angin  menjadi awan menjadi halilintar
Menjadi kata yang tak gentar mengucapkan yang benar.
Sebab seperti lazimnya
Hari-hari berlalu
Dan dengan setetes darahku
Bunga bangkai tumbuh mekar di taman bulan maret.

Tanpa hirau bahwa sesungguhnya aku kuat
Karena aku kayu besi yang tumbuh di antara
Orang-orang berliur cuka
Yang setiap tahun mengenangmu
Dengan air mata
Larut bersama embun jadi kelopak
Wangi bunga melati
Menjadi terang bintang menyinari batu nisanmu
Menjadi saksi kunang-kunang di malam dingin

Duka adalah pedang yang makan sampai kenyang.
Pergilah ke daerah lapar berlayar tanpa laut
Ambil tempat di barisan paling depan
Tempat senyapmu Rebah tanpa keluh
Sebelum aku datang bersama lahar
Mengalir jadi bencana seperti belalang bara
Dalam urat darah negeri ini

Sebelum derap kuku kuda-kudaku
Merobek malam
Seperti kalian orang-orang gagah perkasa
Yang turun dari puncak-puncak gunung
Berdiri di tepi hutan Ingatkan mereka!
Berjuta mata menatap Berjuta mulut berharap
Tangan menggenggam tangan mengeras di udara
Menyala bagai tembikar di pembakaran

Pahlawan orang-orang tertindas
Terimalah pidato malam larutku.


Sumber: Jendela Jadikan Sajak (2003)

Analisis Puisi:
Puisi "Pidato Seorang Mahasiswa di Makam Pahlawan" karya Frans Nadjira mencerminkan perasaan perjuangan, kegigihan, dan penghormatan terhadap para pahlawan dan perjuangan rakyat dalam menjalani hari-hari penuh cobaan dan ketidakadilan.

Ekspresi Perjuangan: Puisi ini mencerminkan semangat perjuangan dan keteguhan hati seorang mahasiswa dalam menghadapi tantangan dan ketidakadilan. Penyair mengekspresikan kegigihan dan kesabaran dalam menghadapi kondisi yang sulit dan menuntut perubahan.

Puisi Sosial-Politik: Puisi ini memiliki nuansa sosial-politik yang kuat. Penyair menyuarakan keprihatinan atas keadaan negara dan rakyat yang menderita. Ia menyoroti ketidakadilan, kemiskinan, dan kepatuhan tanpa kritis terhadap penguasa.

Rasa Kecewa dan Amarah: Penyair menyiratkan rasa kecewa dan amarah atas ketidakberdayaan rakyat dalam menghadapi permasalahan yang terus berlangsung dari tahun ke tahun. Ia merenungkan tentang kondisi negara yang semakin merosot dan diabaikan oleh penguasa.

Penghormatan kepada Pahlawan: Puisi ini menghormati perjuangan para pahlawan yang telah berkorban dan berjuang untuk keadilan dan kemerdekaan. Penyair menempatkan para pahlawan sebagai simbol keberanian dan ketabahan dalam menghadapi penderitaan.

Metafora dan Imajinasi: Puisi ini menggunakan metafora dan imajinasi untuk menyampaikan pesan. Kata-kata seperti "kayu besi yang tumbuh di antara orang-orang berliur cuka" dan "larut bersama embun jadi kelopak wangi bunga melati" menggambarkan perjuangan dan pengorbanan yang tahan lama.

Pidato sebagai Bentuk Penyampaian: Penyair menggunakan gaya pidato sebagai bentuk penyampaian puisi ini. Puisi ini seakan-akan menjadi pidato yang diucapkan di depan makam pahlawan, mengingatkan orang-orang akan pentingnya perjuangan dan kesadaran akan ketidakadilan.

Semangat Berjuang: Puisi ini menyampaikan semangat berjuang dan perubahan. Penyair ingin menegaskan bahwa tidak ada pilihan lain selain berjuang melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan.

Puisi "Pidato Seorang Mahasiswa di Makam Pahlawan" karya Frans Nadjira adalah puisi yang menyuarakan semangat perjuangan, kegigihan, dan penghormatan terhadap para pahlawan. Puisi ini menyoroti ketidakadilan dan kemiskinan serta mendorong orang-orang untuk berjuang melawan ketidakadilan dan mencari perubahan untuk negara dan rakyat. Penyair menyampaikan pesan dengan gaya pidato yang kuat dan penuh semangat.

Frans Nadjira
Puisi: Pidato Seorang Mahasiswa di Makam Pahlawan
Karya: Frans Nadjira

Biodata Frans Nadjira:
  1. Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.