Puisi: Pengasih Kedasih (Karya Inggit Putria Marga)

Puisi "Pengasih Kedasih" karya Inggit Putria Marga menggambarkan hubungan emosional, perasaan kehilangan, serta refleksi tentang kehidupan dan waktu.
Pengasih Kedasih


telah hamba patahkan sepasang sayap kedasih, sebab telur-telur kesedihan
yang bertahun dieram ulu hati hamba, menetas usai teringat takdir sayap
adalah membuat kedasih melayang menuju hutannya sendiri,
memilih ranting tempatnya hinggap sesekali, menembus udara berdebu
yang bisa saja membuat burung itu mati di suatu pagi.

kemelekatan hamba pada burung itu, bahkan pada tiap bulu
yang tumbuh di pori-pori kulit kedasih itu, lebih erat dibandingkan
pada helai-helai uban yang tiap hari, dari kepala hamba, berjatuhan.

maka, hamba lakukan yang dapat membuat hamba dan kedasih tak terpisahkan
terlebih lepas menyaksikan televisi, di penghujung sebuah pagi, hamparkan
pemandangan ini: langit warna melon mengatapi bongkahan awan.
seekor burung besi membara di situ usai melepas ratusan telur
yang jatuh menghantam bumi, menghajar perkampungan, melantakkan hutan,
menumbangkan pepohonan, dari salah satu cabang pohon yang tumbang
helai-helai jerami terbang, seekor kedasih gagal membuat sarang.

beberapa menit sebelum patahkan sayap burung
hamba pandangi pigura-pigura yang berderet di dinding dekat televisi.
benda yang membingkai foto-foto kerabat lama, mereka mati
bersama rumah masa kecil hamba yang hancur tertimpa telur burung besi
saat hamba menggoreskan krayon warna melon
di kertas bergambar ibu bapak
yang tergeletak di meja kelas taman kanak-kanak.


2017

Sumber: Empedu Tanah (2020)

Analisis Puisi:
Puisi "Pengasih Kedasih" karya Inggit Putria Marga adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan metafora dan makna yang mendalam. Puisi ini menggambarkan hubungan emosional, perasaan kehilangan, serta refleksi tentang kehidupan dan waktu.

Konsep Kedasih sebagai Metafora: Kedasih dalam puisi ini dijadikan metafora yang menggambarkan perasaan yang lekat dan mendalam. Kedasih mencerminkan cinta, ikatan, dan hubungan yang mewakili emosi manusia. Patahnya sayap kedasih dapat diartikan sebagai patahnya hubungan atau kehilangan yang sangat berarti.

Simbolisme Telur Kesedihan: Telur-telur kesedihan yang menetas menggambarkan perasaan kesedihan yang terpendam lama. Telur sebagai simbol potensi kehidupan mengilustrasikan perasaan-perasaan yang akhirnya muncul dan "menetas" setelah berlama-lama tertahan.

Pilihan dan Keputusan: Penyebutan bahwa kedasih memilih untuk melayang menuju hutannya sendiri mencerminkan pemahaman bahwa cinta dan emosi tidak selalu dapat diikat atau dimiliki sepenuhnya. Hal ini menggambarkan perasaan kehilangan dan perpisahan yang dialami.

Keputusan Patahkan Sayap: Tindakan "hamba" (penyair) yang patahkan sayap kedasih dapat diartikan sebagai tindakan yang mengakhiri ikatan atau perasaan. Namun, tindakan ini juga menciptakan pemisahan dan konsekuensi yang melibatkan kedasih.

Refleksi Melalui Peristiwa Eksternal: Penggambaran burung besi yang menghancurkan dengan telur-telurnya, serta meruntuhkan rumah dan hutan, adalah sebuah metafora yang menggambarkan kehancuran dan ketidakpastian dalam hidup. Peristiwa ini memicu refleksi tentang kehilangan dan keputusan yang diambil sebelumnya.

Pemisahan dan Kehilangan: Pigura-pigura dengan foto-foto kerabat yang telah meninggal menciptakan atmosfer kesepian dan kehilangan. Kehilangan kerabat serta kenangan masa kecil yang hancur menambah lapisan emosional pada puisi.

Puisi "Pengasih Kedasih" karya Inggit Putria Marga adalah sebuah puisi yang menggunakan metafora dan simbolisme untuk menggambarkan perasaan cinta, kehilangan, dan refleksi dalam hidup. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti emosi, ikatan, dan konsekuensi dari keputusan yang diambil dalam kehidupan. Melalui penggunaan imaji yang kuat, puisi ini menciptakan lapisan makna yang mendalam dan menggugah emosi pembaca.

Inggit Putria Marga
Puisi: Pengasih Kedasih
Karya: Inggit Putria Marga

Biodata Inggit Putria Marga:
  • Inggit Putria Marga lahir pada tanggal 25 Agustus 1981 di Tanjung Karang, Lampung, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.