Puisi: Pantai (Karya Mahatmanto)

Puisi "Pantai" karya Mahatmanto menghadirkan gambaran tentang kesendirian dan pencarian yang tanpa hasil di sebuah pantai terpencil.
Pantai

Tidak seorang pun yang mengikuti jejakku
jejakku
satu-satunya di sepanjang pantai terasing ini
jejak yang segera akan hilang
dijilat pasang

Aku mencari-cari wajah di tiap gelora
wajah apa pun akan mengejutkan wajahku
tapi wajah apa pun tak timbul

Aku mencari-cari titik di cakrawala
titik apa pun akan membangkitkan minatku
tapi titik apa pun tak muncul

Tidak seorang pun yang mengikuti jejakku
jejakku
satu-satunya di sepanjang pantai terasing ini
jejak yang segera akan hilang
dijilat pasang.

1967

Sumber: Tonggak 1 (1987)

Analisis Puisi:

Puisi "Pantai" karya Mahatmanto menghadirkan gambaran tentang kesendirian dan pencarian yang tanpa hasil di sebuah pantai terpencil. Melalui penggunaan gambaran alam, puisi ini menggambarkan perenungan tentang eksistensi dan kekosongan.

Tema Kesendirian dan Pencarian

Puisi ini secara langsung membawa pembaca ke dalam pengalaman kesendirian seorang individu yang berjalan di sepanjang pantai sendirian. Jejaknya yang tertinggal di pasir pantai menjadi metafora dari eksistensi individu yang unik dan tidak diikuti oleh siapapun. Ketidakmampuan menemukan wajah atau titik dalam gelombang laut dan cakrawala menunjukkan kekosongan yang dirasakan oleh penyair.

Simbolisme Jejak di Pasir

Jejak kaki yang segera akan hilang dijilat oleh pasang laut mencerminkan ketidakkekalan dan sementara dari keberadaan manusia. Ini juga dapat diinterpretasikan sebagai gambaran tentang bagaimana jejak individu dalam hidup ini dapat cepat dilupakan atau tenggelam dalam aliran waktu.

Pencarian akan Identitas

Penyair mencari-cari wajah dan titik, mencoba menemukan identitas atau makna dalam lingkungan yang sepi. Namun, upayanya sia-sia karena tidak ada yang muncul untuk memenuhi ekspektasinya. Ini menggambarkan perjalanan spiritual atau filosofis seseorang yang mencari makna dalam kehampaan atau kekosongan.

Bahasa dan Imaji

Mahatmanto menggunakan bahasa yang sederhana namun efektif dalam menggambarkan suasana pantai yang sunyi dan kosong. Gambaran tentang jejak di pasir, gelombang laut, dan cakrawala membantu membangun atmosfer puisi yang melankolis dan reflektif.

Puisi "Pantai" karya Mahatmanto adalah sebuah puisi yang mengundang pembaca untuk merenung tentang keberadaan dan pencarian akan makna dalam kehampaan. Dengan penggunaan gambaran alam yang kuat dan bahasa yang mendalam, puisi ini mengajak kita untuk mempertimbangkan arti dari setiap langkah yang kita ambil dalam hidup ini, serta bagaimana jejak kita akhirnya akan hilang di jilatan waktu dan alam semesta yang luas.

Puisi: Pantai
Puisi: Pantai
Karya: Mahatmanto

Biodata Mahatmanto:
  • Mahatmanto (nama sebenarnya adalah R. Suradal Abdul Manan) lahir di Kulur, Adikarta, Yogyakarta, pada tanggal 13 Agustus 1924.
  • Dalam dunia sastra, Mahatmanto menggunakan cukup banyak nama samaran, beberapa di antaranya adalah Abu Chalis, Murbaningrt, Murbaningsih, Murbaningrad, Moerbaningsih, SA Murbaningrad, Suradal, Sang Agung, dan Sri Armajati Murbaningsih.
© Sepenuhnya. All rights reserved.