Puisi: Musium (Karya Frans Nadjira)

Puisi "Musium" karya Frans Nadjira menggambarkan refleksi mendalam tentang kehidupan, kematian, dan sejarah manusia.
Musium

Pada rak ke dua
Lemari museum
terletak tengkorak.
Jalan menganga di mata
lobang hidung. Burung-burung
bersarang dalam karang.

Sambil menyucut jari
pemuda itu menghapus
uap di kaca
Tengkorak itu bermata kini!
Seluruh hidupnya
terpancar dalam mata itu.

Maka ia mendengar tangis
jauh di dalam rahim. Kemudian
suara-suara orang menggali di reruntuhan
candi yang sunyi.

Sejarah manusia
berakhir dalam lemari.

Sumber: Jendela Jadikan Sajak (2003)

Analisis Puisi:

Puisi "Musium" karya Frans Nadjira adalah sebuah karya yang memadukan simbolisme dengan gambaran visual yang kuat, menggambarkan refleksi mendalam tentang kehidupan, kematian, dan sejarah manusia. Puisi ini membawa pembaca melalui perjalanan yang menantang pemahaman konvensional tentang eksistensi dan warisan budaya.

Tema Utama: Kehidupan dan Kematian dalam Perspektif Sejarah

Tema utama dari puisi ini adalah kontradiksi antara kehidupan dan kematian yang tercermin melalui simbol museum dan tengkorak. Museum, sebagai tempat penyimpanan artefak dan peninggalan sejarah, melambangkan pelestarian dan penghormatan terhadap masa lalu. Tengkorak, di sisi lain, adalah simbol kematian yang mengingatkan kita pada kefanaan manusia.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini tersusun dalam bentuk yang relatif singkat dengan penggunaan bahasa yang padat dan metaforik. Gaya bahasanya bersifat deskriptif dan kontemplatif, mengarahkan pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam dari setiap baris.

Simbolisme

  1. Rak Kedua Lemari Museum: Rak kedua dalam lemari museum menunjukkan posisi artefak yang mungkin bukan yang paling menonjol tetapi tetap memiliki makna yang signifikan. Ini bisa diartikan sebagai simbol bagi aspek-aspek kehidupan atau sejarah yang tidak selalu berada di depan mata tetapi penting untuk dipahami.
  2. Tengkorak: Tengkorak di sini melambangkan kematian dan kefanaan manusia. Namun, ketika pemuda itu menghapus uap di kaca dan melihat mata tengkorak tersebut, tengkorak menjadi simbol yang hidup, mencerminkan kehidupan yang pernah ada.
  3. Burung-Burung Bersarang dalam Karang: Burung-burung bersarang dalam karang menunjukkan kehidupan yang berlanjut meskipun di antara sisa-sisa kematian. Ini menggambarkan siklus kehidupan yang terus berlangsung meskipun di tengah-tengah kematian dan kehancuran.
  4. Uap di Kaca: Uap di kaca menunjukkan ketidakjelasan atau penghalang yang membatasi pemahaman kita tentang masa lalu. Ketika pemuda itu menghapus uap tersebut, ia memperoleh wawasan baru, mencerminkan upaya manusia untuk memahami dan menginterpretasikan sejarah.

Narasi dan Emosi

Puisi ini menggambarkan pengalaman seorang pemuda yang berhadapan langsung dengan peninggalan sejarah di museum. Ketika ia melihat tengkorak, ada perubahan emosional yang mendalam. Pemuda itu mendengar tangisan dan suara-suara yang menggali reruntuhan candi, mencerminkan koneksi emosional dan spiritual dengan masa lalu yang terlupakan atau terabaikan.

Refleksi tentang Sejarah dan Warisan

Puisi ini juga menyoroti bagaimana sejarah manusia sering kali diakhiri atau diabadikan dalam bentuk artefak yang disimpan di museum. Ini menunjukkan bagaimana aspek-aspek penting dari kehidupan dan budaya manusia diabadikan dalam benda-benda mati yang hanya sedikit memberikan gambaran tentang kompleksitas kehidupan yang pernah ada.

Puisi "Musium" karya Frans Nadjira adalah puisi yang penuh dengan refleksi mendalam tentang kehidupan, kematian, dan sejarah manusia. Melalui simbolisme tengkorak dan museum, Nadjira mengajak pembaca untuk merenungkan kefanaan manusia dan bagaimana sejarah serta warisan budaya kita diabadikan. Gaya bahasanya yang padat dan deskriptif, serta penggunaan metafora yang kuat, menjadikan puisi ini sebagai karya yang memprovokasi pemikiran dan perasaan pembaca. Puisi ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita bisa melihat artefak dan peninggalan masa lalu, kita tetap perlu memahami dan menghargai kehidupan yang pernah ada di balik benda-benda tersebut.

Frans Nadjira
Puisi: Musium
Karya: Frans Nadjira

Biodata Frans Nadjira
  • Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.