Puisi: Menit (Karya Avianti Armand)

Puisi "Menit" karya Avianti Armand menggambarkan tema-tema kerinduan, kehilangan, dan kenangan yang menghilang dalam laju waktu.
Menit

Di kotak telepon, cahaya membiru seperti memar.
Di dering ketiga, kita sama-sama tahu –
huruf-huruf setebal kitab itu tak akan bersahabat.
Cuma nama-nama yang tak kita kenal.
Dan siklus yang tak putus dari perpisahan,
hujan, musim panas dan insomnia.

Suatu hari seseorang menunjuk arloji di tangannya dan berkata, ia akan mengingatku di menit itu selamanya. Sejak itu, selalu ada yang membersihkan jam di ujung lorong agar tak jadi abu.

Enam belas april. Jam tiga siang tahun lalu. Ingatkah kamu?

Tidak. Tapi menjelang malam,
akan ada jalan yang basah
dan trem yang membelah.
Aku telah membeli tiket untuk menjemput
menit yang mati yang terselip di obituari
surat kabar hari ini.
Kamu memang tak akan datang.
Siluetmu saja yang kerap berhenti
di depan titik hilang.
Dan tepat di atas besi penutup jalan,
perpisahan terjadi lagi, hujan jatuh,
dan musim panas tertinggal.
Sesudahnya, kamu tahu, kita takkan sanggup mengingat apa-apa.

Seperti apa matahari tenggelam hari itu?

17 Januari 2010

Sumber: Buku Tentang Ruang (2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Menit" karya Avianti Armand adalah puisi yang menggambarkan tema-tema kerinduan, kehilangan, dan kenangan yang menghilang dalam laju waktu. Puisi ini menghadirkan suasana melankolis melalui penggunaan simbolisme dan bahasa yang puitis untuk mengungkap perasaan yang kompleks terkait waktu dan memori.

Tema

Tema utama puisi ini adalah ketidakpastian dan kefanaan waktu serta bagaimana kenangan dan momen-momen spesifik dalam hidup dapat dengan mudah terlupakan atau terdistorsi. Puisi ini mengeksplorasi konsep ingatan dan perpisahan, serta bagaimana hal-hal kecil seperti menit tertentu bisa memiliki dampak emosional yang besar.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari beberapa bait dengan gaya bahasa yang padat dan metaforis. Berikut adalah beberapa elemen penting dalam struktur dan gaya bahasa puisi ini:

Simbolisme:
  • Kotak telepon dan cahaya membiru seperti memar: Simbol dari komunikasi yang dingin dan rasa sakit emosional yang tersembunyi.
  • Arloji dan menit yang mati: Melambangkan kefanaan waktu dan kenangan yang tersembunyi atau terlupakan.
Kontras:
  • Perpisahan, hujan, musim panas, dan insomnia: Kontras antara momen-momen berbeda dalam kehidupan yang berulang tanpa henti, menunjukkan siklus yang terus-menerus.
Imaji:
  • Jalan yang basah, trem yang membelah, dan besi penutup jalan: Menggunakan gambar-gambar yang jelas untuk menciptakan suasana yang melankolis dan menyampaikan perasaan kehilangan dan ketidakpastian.
Pertanyaan Retoris:
  • Seperti apa matahari tenggelam hari itu?: Pertanyaan ini menutup puisi dengan nada reflektif, mengajak pembaca untuk merenungkan momen-momen yang mungkin telah terlewatkan atau terlupakan.
Puisi "Menit" karya Avianti Armand mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan waktu dan kenangan. Melalui penggunaan simbolisme, imaji, dan pertanyaan retoris, puisi ini menyampaikan perasaan melankolis terkait dengan momen-momen penting yang mudah terlupakan dalam kehidupan. Puisi ini menggambarkan ketidakpastian dan kefanaan waktu, serta bagaimana kenangan dapat dengan mudah memudar meskipun memiliki dampak emosional yang besar.

Avianti Armand
Puisi: Menit
Karya: Avianti Armand

Biodata Avianti Armand:
  • Avianti Armand lahir pada tanggal 12 Juli 1969 di Jakarta, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.