Puisi: Mengingat Cinta (Karya Herman RN)

Puisi "Mengingat Cinta" menciptakan narasi kompleks tentang cinta, ingatan, dan harapan. Herman RN memadukan elemen-elemen puitis untuk ...
Mengingat Cinta

Mengingatmu membuatku malas menjadi pelupa
Membayangmu menjadikanku rajin lupa
Mungkin karena itu aku belum lupa
Pada sujud pertama kita jumpa

Mengingatmu aku bercita-cita
Membayangmu kunyaris lupa hakiki cinta
Mungkin karena itu aku gantungkan cita-cita cinta
Kehendak pada sang pemilik agar kau dan aku pada satu baqa
dan jika ia jadi ada
keadaanku bermimpi pada restu Tuhan
terhadap bulan dengan cahayanya
kehendak Ilahi pada matahari dengan sinarnya

Mengingatmu membuat aku menjadi takut lupa dalam kata pertama engkau kusapa atau pada mula engkau menyapa. Sedangkan mengulang itu adalah cita-cita sepanjang matahari dan bulan menyampaikan titah Tuhannya.

Kota Iskandar Muda, Mei 2010

Analisis Puisi:

Puisi "Mengingat Cinta" karya Herman RN menciptakan kisah tentang ingatan, bayangan, cita-cita, dan ketakutan dalam konteks cinta. Dengan memperhatikan elemen-elemen puitis yang disajikan dalam puisi ini, kita dapat meresapi makna yang terkandung di dalamnya.

Ingatan yang Kuat dan Tak Terlupakan: Puisi dimulai dengan pernyataan bahwa mengingatmu membuat penutur puisi malas menjadi pelupa. Ini menciptakan gambaran kuat tentang kekuatan ingatan akan seseorang yang masih terus terpatri dalam pikiran, bahkan ketika waktu berlalu. Mengingatmu, bagi penutur puisi, bukanlah suatu beban, tetapi sebuah kekuatan yang menghindarkannya dari lupa.

Cita-Cita dan Bayangan dalam Cinta: Penutur puisi menyatakan bahwa mengingatmu membuatnya bercita-cita, dan membayangmu menjadikannya rajin lupa. Ada kontras yang menarik antara cita-cita yang disampaikan dengan sungguh-sungguh dan bayangan yang merayap dan mengaburkan ingatan. Hal ini menciptakan ketidakpastian dan permainan kontradiksi dalam pengalaman cinta.

Gantungkan Cita-Cita pada Hakiki Cinta: Pernyataan bahwa penutur puisi menggantungkan cita-citanya pada hakiki cinta menunjukkan keinginan untuk mencapai sesuatu yang lebih dalam dan bermakna dalam hubungan tersebut. Cita-cita cinta menjadi pusat fokus, dan harapan bahwa hubungan ini akan mendapatkan restu dan berlanjut ke tahap yang lebih tinggi.

Rendahkan Diri pada Kehendak Ilahi: Puisi menciptakan dimensi spiritual dengan menyatakan bahwa penutur puisi merendahkan diri pada kehendak Ilahi. Ada rasa pengabdian dan ketundukan terhadap takdir yang mengarahkan perjalanan cinta. Hal ini memberikan nuansa religius dan menunjukkan bahwa cinta yang sejati diakui sebagai bagian dari rencana Ilahi.

Ketakutan akan Lupa dalam Kata Pertama Cinta: Penutur puisi menyampaikan ketakutannya akan lupa dalam kata pertama saat keduanya saling berbicara. Ini menciptakan ketegangan emosional dan menekankan pentingnya momen awal dalam cinta. Mengulang kata-kata atau pertemuan pertama menjadi cita-cita yang dipegang teguh, seperti titah Tuhan yang diulang oleh matahari dan bulan.

Puisi "Mengingat Cinta" menciptakan narasi kompleks tentang cinta, ingatan, dan harapan. Herman RN memadukan elemen-elemen puitis untuk menciptakan karya yang menggugah perasaan dan pemikiran. Puisi ini mendorong pembaca untuk merenung tentang kekuatan ingatan, makna cinta yang hakiki, dan hubungan antara manusia dengan takdir Ilahi.

Herman RN
Puisi: Mengingat Cinta
Karya: Herman RN

Biodata Herman RN:
  • Herman RN lahir pada tanggal 20 April 1983 di Kluet, Aceh Selatan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Ketika Sang Guru Berkata "saya tidak mau jadi guru" dimana Indonesia Jepang tersenyum Amerika bertepuk dada Indonesia terbatuk Maret, 2006Analisis Puisi:Puisi "Ketika Sang…
  • Sesumbar Kesaksian Orang-orang terlalu sesumbar pada kesaksian Tentang calon pemimpin yang diagungkan Seolah bukan dosa masa silam Membungkusnya dengan janji kepalsuan Masa…
  • Hikayat Sesuara ada yang luput dari sela jemari kita hampir lupa menghitungnya tentang sesuara di tanah ini yang dulu jadi hantu jalan raya ada yang mulai lucut dari inga…
  • Negeri Para Taklid Buta Lihat! Harga BBM akan naik lagi Orang-orang diam Orang-orang memuja dalam diam Yang mengalir dianggap air Yang melata tidak dianggap apa Ingat! M…
  • Mantra Kematian O, aku sudah melangkah ke masjid, gereja, pura, dan wihara Tak kudapati sebuah pun kitab yang mendidik saling tusuk dan tembak jua membunuh Lalu kubalik lemba…
  • Suara Trauma Sebuah ban mobil melindas paku karatan yang diletakkan anak jalanan di sebuah lubang jalan Bum!!! "Tiarap!" teriak PNS sepulang dari kantor. Koeta Radja, awal …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.