Analisis Puisi:
Puisi "Marhaban Ramadan" karya Munawar Syamsuddin adalah sebuah karya sastra yang merayakan bulan Ramadan, bulan suci dalam agama Islam. Puisi ini menggambarkan suasana dan ritme ibadah serta kehidupan masyarakat selama bulan Ramadan.
Gambaran Bulan Ramadan: Puisi ini dimulai dengan gambaran sebuah bulan sabit yang melambangkan bulan Ramadan. Bulan sabit yang "Mencium ubun-ubun embun" menghadirkan nuansa spiritual dan suci, sebagai awal dari bulan yang diidamkan oleh umat Islam.
Spiritualitas dan Ibadah: Puisi ini menggambarkan praktik ibadah yang khas selama bulan Ramadan. Perintah tarawih, ibadah sunnah yang dilakukan setelah salat Isya, digambarkan sebagai momen yang penuh kekhusyukan dan penghormatan.
Aktivitas Saat Ramadan: Penyair menggambarkan aktivitas keseharian selama bulan Ramadan, seperti makan sahur sebelum imsak (awal puasa), tadarus (membaca) ayat-ayat suci Al-Quran, dan menjalankan salat fardhu, seperti salat subuh. Puisi ini juga menggambarkan bagaimana kebersamaan dan semangat ibadah menyatukan umat Muslim.
Makna Mendalam dalam Ibadah: Puisi ini menggambarkan momen penting saat kelamin kembali disunat (sunnah mu'akkad), sebuah praktik yang umum dilakukan pada anak laki-laki selama Ramadan. Azan magrib yang menciptakan kembali keadaan normal setelah berpuasa sepanjang hari digambarkan sebagai pulih dan sehatnya tubuh dan semangat.
Akhir Ramadan dan Tradisi Malam Lebaran: Puisi ini menggambarkan akhir bulan Ramadan dengan menyebutkan bahwa bulan tersebut "bertambah ranum." Halaman taman yang memiliki pasar malam menggambarkan suasana tradisional menjelang Lebaran (Idul Fitri) yang penuh kegembiraan.
Ibadah dan Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini menggambarkan integrasi antara ibadah dan kehidupan sehari-hari, seperti aktivitas di surau dan masjid serta menyantap makanan di dapur umum. Penyair juga mengutarakan rasa syukur atas nikmat kehidupan.
Puisi "Marhaban Ramadan" karya Munawar Syamsuddin adalah puisi yang merayakan bulan Ramadan dan menggambarkan bagaimana ibadah dan aktivitas sehari-hari dapat menjadi bagian integral dari spiritualitas dan kehidupan masyarakat selama bulan suci ini. Puisi ini menciptakan gambaran atmosfer dan makna mendalam yang terkandung dalam momen-momen Ramadan.