Puisi: Kuyup dalam Kabut (Karya Darmanto Jatman)

Puisi "Kuyup dalam Kabut" menggambarkan keputusasaan, kekacauan, dan pertanyaan batin penyair dalam menghadapi kondisi sulit dalam hidupnya.
Kuyup dalam Kabut

Pablo Neruda:
Sekali pernah aku
jemu jadi manusia

Tubuhku mengerang kena selesma
memerah regangkan seluruh jaringan urat syarafku
terasa nyaring nyanyi pedih
dan jerit tunggal yang kelu di mulutku:
Gusti!

Menggigil aku oleh lesu
dan sunyi yang menyusut umur
kanak-kanak yang cengeng
nelangsa
distrap ibu.

(Sementara pendaftaran kuliah mesti dikerjakan
Traveller’s cheque mesti diuangkan
Tempat tinggal mesti dicari
Aku mengerang
Dan lantai hotel
serasa diombang-ambingkan)

(O. rupiah, O Poundsterling
Tegakah paduka membiarkan beta
O. terkaing-kaing?!)

Diam-diam
Cuaca membeku
Nol derajat minus

Dan aku menggapai
Kelu

Sumber: Golf untuk Rakyat (1994)

Analisis Puisi:

Puisi "Kuyup dalam Kabut" karya Darmanto Jatman adalah sebuah karya yang mengekspresikan kejenuhan dan keputusasaan melalui pengalaman pribadi penyair, yang kemudian dikaitkan dengan penggunaan kutipan dari Pablo Neruda.

Ekspresi Kejenuhan Manusia: Puisi ini menggambarkan pengalaman pribadi penyair yang merasa jemu dan lelah menjadi manusia. Pada awalnya, ia menggambarkan kondisi fisiknya yang terkena penyakit dan kelelahan yang menyertainya, seolah-olah ia mengerang dan merasa tercekik oleh beban yang ia rasakan.

Penggunaan Kutipan: Penyair menyisipkan kutipan dari Pablo Neruda sebagai bagian dari puisi, yang secara dramatis menunjukkan bahwa perasaan kejenuhan dan keputusasaan adalah pengalaman yang universal, bahkan dialami oleh para penyair terkenal sekalipun.

Konflik Internal: Ada konflik internal yang dirasakan penyair antara tuntutan kehidupan sehari-hari (seperti pendaftaran kuliah, urusan keuangan, dan mencari tempat tinggal) dengan kondisi emosional dan fisiknya yang merosot. Ketegangan ini tercermin dalam kekacauan pikirannya, di mana ia merasa terombang-ambing antara kewajiban praktis dan ketidakmampuannya untuk mengatasi keadaannya.

Pencarian Makna dan Ketidakpastian: Penyair mencoba mencari makna di tengah-tengah keputusasaan dan kekacauan yang dirasakannya. Ia meraih kabut sebagai metafora untuk mencari pemahaman atau makna yang mungkin tersembunyi di balik kondisi sulitnya, namun ia merasa kuyup dan kehabisan.

Pertanyaan Kritis: Puisi ini mengajukan pertanyaan kritis tentang nilai manusia dan hubungan dengan Tuhan atau kekuatan spiritual lainnya. Melalui seruan "Gusti!" dan penggunaan bahasa Jawa ("O. rupiah, O Poundsterling, Tegakah paduka membiarkan beta O. terkaing-kaing?!"), penyair mencoba mengekspresikan keputusasaan dan pertanyaan tentang kemanusiaan dan spiritualitas.

Secara keseluruhan, puisi "Kuyup dalam Kabut" adalah sebuah puisi yang menggambarkan keputusasaan, kekacauan, dan pertanyaan batin penyair dalam menghadapi kondisi sulit dalam hidupnya. Darmanto Jatman dengan cermat menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam untuk menyampaikan pengalaman emosional yang kompleks.

Puisi Darmanto Jatman
Puisi: Kuyup dalam Kabut
Karya: Darmanto Jatman

Biodata Darmanto Jatman:
  • Darmanto Jatman lahir pada tanggal 16 Agustus 1942 di Jakarta.
  • Darmanto Jatman meninggal dunia pada tanggal 13 Januari 2018 (pada usia 75) di Semarang, Jawa Tengah.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Di Hadapan Lukisan : Noor Bayangkan, itu di suatu tempat di dunia Kita tidak tahu di mana Suatu upacara sedang berlangsung Menyemarakkan hidup semesta Bayang…
  • Kucoba ... - untuk Istriku Kucoba kenali diriku seperti mengenali cakrawala yang menjauh tak tergapai melambaikan tangan tidak memanggil menatap tidak menen…
  • Gempa bumi gonjang-ganjing selama hampir semenit dan langit bersih membiru tapi hari kecut-kemerucut dan kelabu kaki gemetar pandang pudar awan terlihat air …
  • Pagi Pagi seperti biasa dimulai dengan matahari, yang menggusur malam     ke sudut jantung kehidupan. Tak terbicarakan selama     hibuk be…
  • Langit Langit senja membukakan janji dan langit menjalinkan duka kehidupan pada daunan hati yang selalu mencoba agar tidak selalu tegang. Langit senja membuka…
  • Balpen balpen mencatat pertemuan demi pertemuan percakapan demi percakapan dari hari ke hari "jangan ditunjukkan siapa pun," kota balpen kepada kertas, "apa…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.