Analisis Puisi:
Puisi "Kupandang Malioboro dari Puncak Bukit" karya Edhy Lyrisacra adalah karya yang penuh emosi dan penegasan, menggambarkan kenyataan kehidupan di Malioboro, sebuah jalan terkenal di Yogyakarta yang diisi dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, serta menggambarkan kompleksitas manusia dan keadaan sosial-politik.
Deskripsi Kehidupan di Malioboro: Puisi ini membawa pembaca ke Malioboro, yang diibaratkan sebagai tempat yang penuh dengan kesibukan. Menggambarkan kehidupan sehari-hari di sana yang penuh gejolak, kegelisahan, dan tekanan.
Gambaran Keramaian dan Penderitaan Manusia: Penyair melukiskan kerumunan orang seperti rayap yang kelaparan, menggerogoti dinding pertokoan, dan menggambarkan betapa penderitaan masyarakat termakan oleh zaman yang kehilangan hatinya. Menghadirkan pemandangan yang tragis tentang bagaimana kekayaan dan kemewahan beberapa orang dibangun di atas penderitaan orang-orang yang lain.
Sikap Kehidupan Sosial-Politik: Puisi mengkritik keadaan sosial-politik yang tercermin dari tingkah laku masyarakat dan keadaan lingkungan. Ada gambaran pemerintah, aparat, dan kekayaan yang diperoleh dengan cara-cara yang tak manusiawi.
Hubungan dengan Tuhan: Penyair menyoroti kekerasan, keserakahan, dan ketidakadilan, mempertanyakan keberadaan Tuhan dalam kekacauan dunia ini. Permohonan dalam bait kedua puisi menuju Tuhan mencerminkan keinginan untuk diberi pemahaman atas kekacauan ini, sekaligus harapan akan damai dan keadilan.
Puisi ini adalah penggambaran yang kuat tentang kehidupan sehari-hari di Malioboro dan kritik terhadap kondisi sosial-politik yang tidak adil. Melalui metafora dan gambaran yang kuat, penyair mengekspresikan kegelisahan, kekecewaan, dan kerinduan akan perubahan dan keadilan dalam masyarakat. Dengan kekuatan kata-kata, puisi ini menggambarkan kompleksitas kehidupan manusia, menyajikan kritik terhadap ketidakadilan, dan mendesak untuk perubahan dalam pola pikir dan perilaku sosial.