Puisi: Kubu (Karya A. Muttaqin)

Puisi "Kubu" karya A. Muttaqin menggambarkan hubungan yang rumit antara manusia dan alam, dengan menggunakan gambaran pohon sebagai ....
Kubu (1)

Kau kaku seperti kayu. Kau langgar syariah airku. Hingga airku
lupa yang rendah dan mengalir ke daunmu. Ke pucuk mimpimu.

Makhluk kuning yang dikirim mata samsu itu mengubah wujudku
menjadi butiran-butiran hijau dan ditebar ke cabang canggungmu.

Sejak itu bunglon bego menuduhku menjadi bagian dari satu kubu.
Tanahlah yang tahu, bahwa aku yang mendewasakan rantingmu.

Supaya si ranting tak merasa sia-sia dan menggenggam buah yang
manisnya dikenang ke alam baka. Supaya purna tugas dan sunnahnya.

Kubu (2)

Dobol betul si codot yang menggondol buahmu dan menjatuhkan
ke gelanggang gelap. Cucumu yang tumbuh dari biji itu jadi kalap.

Ia menghuni halaman rumah warisan Belanda, di depan lajur
ruwet jalan raya, di mana udara berat berkat karbon monoksida.

Cucumu tak lagi mengenal liku laku yang kau pelajari dari sungai
di hutan itu, tempat kau melanggar syariah airku dan menipu regu

Pemburu buaya dengan bebunga. Cucumu memilih tumbuh seperti
lajur jalan macet itu, buntu sudah lubang hijau dan jalan samsu.


2013

Analisis Puisi:
Puisi "Kubu" karya A. Muttaqin menggambarkan hubungan yang rumit antara manusia dan alam, dengan menggunakan gambaran pohon sebagai simbol interaksi ini. Puisi ini memiliki dua bagian yang saling melengkapi, dengan setiap bagian mengeksplorasi tema yang berbeda.

Bagian Pertama: Di bagian pertama puisi, pohon diumpamakan sebagai sosok yang kaku dan tegar, yang secara tidak sadar melanggar harmoni dengan alam. Kata-kata "Kau kaku seperti kayu" menggambarkan kemegahan pohon yang tegar, namun dalam hal ini, kemegahan ini membatasi interaksi alamiahnya. "Syariah airku" menyiratkan aturan alam yang telah ada sejak lama, dan pohon ini secara tidak sadar melanggarnya. Puisi menggambarkan pohon tersebut mengubah arah aliran air dan menghalangi pertumbuhan yang seharusnya.

Bagian Kedua: Bagian kedua puisi menggambarkan dampak dari interaksi manusia terhadap alam. Gambaran "codot yang menggondol buahmu" menggambarkan bagaimana manusia seringkali merampas dan merusak alam untuk kepentingan mereka sendiri. Cucu dari pohon tersebut menjadi takut, melupakan akar-akarnya yang alami dan mengalami pertumbuhan yang tidak sesuai dengan kodratnya.

Pesan dan Makna: Puisi ini memberikan pandangan tentang bagaimana manusia seringkali merusak dan mengubah alam, tanpa memperhatikan dampaknya. Pohon dalam puisi ini menjadi simbol alam yang rapuh dan rentan terhadap intervensi manusia yang tidak bijaksana. Penggunaan istilah-istilah seperti "syariah airku" dan "melanggar syariah airku" memberikan nuansa keagamaan pada puisi ini, menyoroti keselarasan alam yang harus dijaga dan dihormati.

Bahasa dan Imaji: Puisi ini menggunakan bahasa yang kaya dengan imaji-imaji yang kuat. Penggambaran "makhluk kuning yang dikirim mata samsu" dan "melanggar syariah airku dan menipu regu pemburu buaya dengan bebunga" memberikan sentuhan visual yang hidup dalam puisi ini. Bahasa tersebut mengundang pembaca untuk memvisualisasikan peristiwa-peristiwa yang digambarkan dan merenungkan implikasinya.

Puisi "Kubu" karya A. Muttaqin menggambarkan interaksi kompleks antara manusia dan alam, serta dampak negatif yang dapat timbul ketika manusia melanggar harmoni dengan alam. Puisi ini menggunakan bahasa dan imaji yang kuat untuk menggambarkan konsep tersebut, memberikan pesan tentang pentingnya menjaga keseimbangan dan kerja sama dengan alam.

A. Muttaqin
Puisi: Kubu
Karya: A. Muttaqin

Biodata A. Muttaqin:
  • A. Muttaqin lahir pada tanggal 11 Maret 1983 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.