Puisi: Kitab Pelarian (Karya Zen Hae)

Puisi || Kitab Pelarian || Karya || Zen Hae ||
Kitab Pelarian

tidurku masih disesaki kemarahan langit
sebelas malaikat menghardik-meludah di angkasa
: sawan bayi di kandungan, mendidih air di bendungan

empat puluh hari sehabis mimpiku, tuan hakim
kota tanpa pengiman itu akan luluh-lantak
bumi diremas langit diayak – awan serupa dedak

dan aku mencium maut dan aku menuju laut

di dasar laut – di perut seekor ikan besar
aku beriman dalam kegelapan pijar.
menulis selarik ayat
seirama degup perih jantungku. mengukir ketakutanku
pada dinding-dinding karang merah tua
kelak para penyelam, para pemburu hikayat
akan membaca pengakuanku:

“kenapa ia memilih si lemah hati sepertiku?
kenapa ia menitipkan kota tua padaku?”

sepuluh jari tanganku
tak cukup untuk sebuah kota
pun untuk seorang sahaya atau seekor ulat
aku hanya ingin menyendiri di pondokku – di timur kota
akan kutanam pohon paling rindang
dan kupiara beberapa ekor ternak

tapi mereka menangkapku pada suatu pagi
tapi apa gunanya kalian memintaku kembali?

“yunus, tuan layak marah sampai mati
sebab kota besar itu urung dihancurkan”

1993

Zen Hae
Puisi: Kitab Pelarian
Karya: Zen Hae

Biodata Zen Hae:
  • Zen Hae lahir pada tanggal 12 April 1970 di Jakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Dalam Ribuan Sajakmu sunyi dan badai kembali membakar kenangan di jendela. lalu tubuhku lindap dalam gelombang awan mendung. menzuhurkan kepedihan hidupmu dan udara dingin b…
  • Pengakuan Pohon Merah (1) setiap pagi aku bangkit dari mimpinya. seraya menggoyangkan rerantingku, lembar-lembar daunku membuka-menutup. plak, plak, plak…. lantas alun …
  • Naga ketika kau tertidur di bawah ancaman awan hitam aku menjagamu. aku yang menunggu di balik tabir berabad-abad lamanya hingga kau menyebutku si mendiang, hanya hidup di dala…
  • Bandang tuan, di ladang matahari pantat dandang tapak liman rindu ganggang berkelindan lalu tujuh arwah telanjang memanjat pohon santan : kencing jadi hujan …
  • Di Halte Malam Jatuh akhirnya, aku mahir menggambar hujan menirukan langkah-langkah pulang menulis reklame-reklame sunyi dan menempelnya di bebatang pohon sepanjan…
  • Penantian Nuh kau tentu lelah mencari jejakku kuhidangkan sepasang cinta, kapal kayu sepiala airbah. kesendirianmu yang renta dan purba telah kaupahatkan di punca…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.