Puisi: Keroncong Kosong (Karya A. Muttaqin)

Puisi "Keroncong Kosong" karya A. Muttaqin adalah sebuah karya sastra yang mengekspresikan perasaan kekosongan dan kehampaan dalam hidup. Dengan ....
Keroncong Kosong

Wati, inilah peti mati yang kubawa
dari mimpi ke kota. Di dalamnya, aku
menyimpan kemarau, hujan, dan sebentuk
musim gugur dari malam yang prematur 
bukalah, Wati,
bukalah...

(oh, langit yang berdarah, restuilah matanya
Agar demam malap tak membuatnya buta).

Darah yang mengering biarlah garing. Luka
yang busuk jangan dikutuk. Lihatlah, cinta
telah jadi mumi, dan rindu benar mati
bersama rerempah dan karbon monoksida.

Di sini, 
wajah kopta seperti lelaki yang gelisah. Orang-orang
lalang dari kosong ke lolong, dari kolong ke sebuah keroncong:

ayat-ayat sampah, kaleng-kaleng soda,
ah, masih adakah jembatan layang dari mimpi ke plasa?

Waktu berlalu seperti pisau dan menebas
jantungku, gang-gang ngmabang dan meriang,
sementara langkahku hilang di jalan ambang.

Mungkin aku telah jadi hantu bersama gedung-
gedung yang kian jangkung, kian suwung.
Di pelataran tidurku, sepasang kamboja tumbuh,
Setinggi punuk lembu, setinggi merih cintaku,
Padamu.


2006

Analisis Puisi:
Puisi "Keroncong Kosong" karya A. Muttaqin adalah sebuah karya sastra yang mengekspresikan perasaan kekosongan dan kehampaan dalam hidup. Dengan bahasa yang metaforis dan puitis, penyair menggambarkan perjalanan batin seseorang yang mengalami kesedihan dan kehilangan. Mari kita analisis lebih dalam makna dan pesan yang terkandung dalam puisi ini.

Peti Mati sebagai Simbol Kehampaan: Pada bagian awal puisi, penyair membawa pembaca pada gambaran peti mati yang diisi dengan kemarau, hujan, dan musim gugur dari malam yang prematur. Peti mati digambarkan sebagai simbol dari kekosongan dan kehampaan emosional yang dirasakan oleh subjek puisi. Dia membawa seluruh perasaannya, kebahagiaan dan kesedihannya, yang berakhir seperti musim gugur di malam yang belum tiba.

Permohonan untuk Dibuka: Penyair memohon kepada Wati untuk membukakan peti mati tersebut. Permohonan ini menunjukkan keinginan subjek puisi untuk melepaskan perasaan dan beban yang terpendam di dalamnya. Dia ingin menceritakan rasa sakit dan penderitaannya, dan harapannya agar Wati, atau mungkin pembaca, dapat memahaminya.

Penderitaan dan Ketidakberdayaan: Dalam baris kedua, penyair menyampaikan keinginannya agar "langit yang berdarah" merestui matanya. Metafora "langit yang berdarah" mungkin mencerminkan perasaan keputusasaan dan penderitaan yang dialami oleh subjek puisi. Dia merasa terjebak dalam kesedihan yang menghancurkan dan merana, dan dia berharap ada harapan dan pengertian yang datang dari luar dirinya.

Luka yang Terabaikan: Selanjutnya, penyair menyampaikan pesan agar luka yang mengering tidak dikutuk dan darah yang mengering tidak digaringkan. Ini menandakan bahwa penderitaan dan luka adalah bagian dari kehidupan dan harus diterima. Metafora "cinta telah jadi mumi, dan rindu benar mati bersama rerempah dan karbon monoksida" dapat menunjukkan bahwa cinta dan rindu yang pernah dijalaninya kini telah menjadi kenangan yang kaku dan mati.

Keadaan Kota yang Hampa: Bagian selanjutnya dari puisi menggambarkan keadaan kota yang hampa dan kosong. Ada gambaran kopta (kota tua) yang tidak menentu, orang-orang yang berlalu-lalang tanpa arah yang jelas, dan keroncong yang berisikan "ayat-ayat sampah, kaleng-kaleng soda." Semuanya mencerminkan kekosongan dan kehampaan dalam kehidupan yang dihadapi subjek puisi.

Perasaan Kehilangan dan Ketidakberdayaan: Penyair menyampaikan perasaan kehilangan dan ketidakberdayaan dalam bagian akhir puisi. Waktu berlalu seperti pisau yang menusuk jantungnya, dan langkahnya hilang di jalan ambang. Dia merasa mungkin telah menjadi hantu bersama gedung-gedung yang tinggi dan suwung. Puisi ditutup dengan gambaran sepasang kamboja yang tumbuh tinggi, mencerminkan perasaan cintanya yang merih dan tak tergoyahkan.

Puisi "Keroncong Kosong" karya A. Muttaqin adalah karya sastra yang penuh dengan gambaran metaforis tentang kekosongan dan kehampaan dalam hidup. Penyair menggambarkan perjalanan batin subjek puisi yang penuh dengan kesedihan, kehilangan, dan ketidakberdayaan. Melalui bahasa yang puitis, puisi ini menyampaikan pesan tentang perasaan-perasaan manusia yang terkadang rumit dan menyentuh.

A. Muttaqin
Puisi: Keroncong Kosong
Karya: A. Muttaqin

Biodata A. Muttaqin:
  • A. Muttaqin lahir pada tanggal 11 Maret 1983 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.