Puisi: Kemenangan (Karya Harijadi S. Hartowardojo)

Puisi "Kemenangan" karya Harijadi S. Hartowardojo menampilkan penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan tema tentang ...
Kemenangan
Memoranda untuk adikku
Soesilo Rahardjo yang telah gugur

Hiaskan, sayang
bintang besi bersilang di dada berlobang
kilat yang membelah mendung mencium bulan
Berguguran bintang di langit melanggar udara
Merintik cahaya mengekor menuju bumi.

Jangan kautanya sudah jam berapa hari
jarum jam di tugu itu tidak lagi berputar
Sebab malam ini pun
purnama penghabisan di langit itu,
(purnama yang didekap kilat!)
Kemenangan akan menentukan
tempat kapal bakal tenggelam.
Jangan pula kaugulung layar yang bakal melembung
Aku akan berlayar ke negeri yang jauh!

Untukmu?
Pigura kembang berkarang
berbingkai kayu lapuk dan warna muram
ganti pedang bersilang ini,
pasang di pintu mengetuk masuk, beri berlambang!
Tamu yang mengetuk mesti menunduk!

Sumber: Luka Bayang (1964)

Analisis Puisi:

Puisi "Kemenangan" karya Harijadi S. Hartowardojo menampilkan penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan tema tentang kemenangan, perubahan, dan takdir.

Tema Sentral: Kemenangan dan Takdir

Puisi ini secara eksplisit menggambarkan tema kemenangan, yang dinyatakan sebagai kekuatan yang akan menentukan nasib. Penggunaan gambaran seperti "bintang besi bersilang di dada berlobang" menggambarkan kekuatan dan keteguhan dalam menghadapi tantangan. Hal ini menunjukkan bahwa kemenangan bukanlah sesuatu yang hanya dicapai dengan keberuntungan semata, tetapi juga dengan keteguhan dan perjuangan.

Gambaran Alam dan Kejadian Alamiah

Penyair menggunakan gambaran alam yang dramatis untuk memperkuat tema kemenangan. "Kilat yang membelah mendung mencium bulan" memberikan gambaran dramatis tentang kekuatan alam yang berkontribusi pada momen kemenangan. Cahaya yang merintik dan mengekor menuju bumi menggambarkan keajaiban alam yang menjadi bagian dari peristiwa kemenangan.

Simbolisme dan Metafora

Simbolisme kuat terlihat dalam puisi ini, seperti "jarum jam di tugu itu tidak lagi berputar" yang melambangkan berhentinya waktu atau perubahan takdir yang mendadak. Purnama yang disebutkan sebagai "purnama penghabisan di langit itu" menunjukkan momen klimaks atau titik balik yang akan menentukan arah peristiwa selanjutnya.

Penggunaan Bahasa yang Kuat

Bahasa dalam puisi ini sangat mendalam dan penuh warna. Penggunaan kata-kata seperti "berkarang", "berbingkai kayu lapuk dan warna muram" menciptakan gambaran yang kaya akan tekstur dan suasana. Hal ini mengundang pembaca untuk merasakan intensitas dan kompleksitas emosi yang terkandung dalam puisi.

Pesan Filosofis

Melalui kata-kata "Aku akan berlayar ke negeri yang jauh!" dan "Tamu yang mengetuk mesti menunduk!", penyair menegaskan tentang keberanian dalam menghadapi masa depan yang tidak pasti. Pesan ini mengajak pembaca untuk berani menghadapi tantangan hidup dan percaya pada kemampuan diri sendiri untuk mencapai kemenangan.

Puisi "Kemenangan" karya Harijadi S. Hartowardojo bukan hanya sebuah karya sastra yang menghibur, tetapi juga merupakan meditasi tentang kehidupan, takdir, dan perubahan. Dengan menggunakan gambaran alam dan bahasa yang kuat, penyair berhasil menghadirkan sebuah karya yang memikat dan mampu menginspirasi pembaca untuk merenungkan arti dari kemenangan dan perjalanan hidup.

Harijadi S. Hartowardojo
Puisi: Kemenangan
Karya: Harijadi S. Hartowardojo

Biodata Harijadi S. Hartowardojo:
  • Harijadi S. Hartowardojo (nama lengkap: Harjadi Sulaiman Hartowardojo / EyD: Hariyadi Sulaiman Hartowardoyo) lahir pada tanggal 18 Maret 1930 di Desa Ngankruk Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia.
  • Harijadi S. Hartowardojo meninggal dunia pada tanggal 9 April 1984 di Jakarta, Indonesia (dimakamkan di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia).
  • Harijadi S. Hartowardojo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 1950-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.