Sumber: Dermaga Tak Bernama (2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Kafetaria Tanjungkarang" karya Fitri Yani mengeksplorasi kehidupan sehari-hari dalam sebuah kafetaria di Tanjungkarang dengan cermat. Puisi ini menghadirkan atmosfer keseharian yang diwarnai oleh kebiasaan, kehilangan, dan nostalgia.
Latar Tempat dan Waktu: Puisi ini memperkenalkan latar waktu dan tempat yang spesifik, yaitu Tanjungkarang, menciptakan suasana lokal dan meresapnya aroma kehidupan sehari-hari di sana.
Atmosfer Keseharian yang Biasa: Puisi menggambarkan suasana yang mungkin biasa dalam musim tertentu. Penyair menghadirkan gambaran seputar keseharian, seperti orang-orang yang membanting kursi dan membakar bantal guling, menciptakan kesan kehilangan dan kekosongan.
Kehilangan dan Lupa: Ada tema kehilangan dan lupa dalam puisi ini. Orang-orang menjadi kurang lengkap, dan tenggorokan sesak dengan kata-kata yang tak terlantun sebagai metafora dari kehilangan dan ketidaklengkapan.
Simbolisme Pintu: Pintu-pintu yang dibuka dan ditandai di tubuh penyair mungkin melambangkan perasaan terbuka terhadap hubungan dan pengalaman hidup. Namun, ada pintu yang masih terkunci, menciptakan gambaran misteri atau ketidakpastian.
Kafe sebagai Ruang Nostalgia: Kafe menjadi tempat untuk mengenang dan memaknai kisah-kisah masa silam. Ada sentuhan nostalgia dan kenangan yang menyatu dengan pemandangan sehari-hari di kafe tersebut.
Puisi sebagai Sarana Komunikasi: Pesan-pesan yang dikirim oleh penyair melalui pesan kepada orang yang dicintai menunjukkan bahwa puisi menjadi sarana komunikasi yang penuh rasa dan makna, meskipun dalam keadaan terpisah.
Perpaduan Tradisi dan Modernitas: Puisi menggabungkan unsur tradisional, seperti tenunan tapis dan aroma bunga kopi, dengan realitas keseharian yang lebih modern, seperti kilasan peristiwa biasa yang dijelaskan di kafe.
Peran Pelayan dan Hubungannya dengan Tanjungkarang: Pelayan kafe mungkin diasosiasikan dengan leluhur atau warisan Tanjungkarang, memberikan nuansa spiritual dan kesinambungan budaya dalam keseharian.
Puisi "Kafetaria Tanjungkarang" menghadirkan keindahan dalam rutinitas keseharian, mengeksplorasi kehilangan, nostalgia, dan kebersamaan melalui gambaran yang penuh warna. Fitri Yani sukses menciptakan atmosfer yang kaya akan makna, mengajak pembaca untuk merenung tentang arti kehidupan sehari-hari yang sering terabaikan.