Puisi: Joko Bodo dan Joko Wasis (Karya Catur Stanis)

Puisi "Joko Bodo dan Joko Wasis" karya Catur Stanis menggambarkan perbedaan nasib antara dua saudara, Joko Wasis yang sukses dan Joko Bodo yang ...
Joko Bodo dan Joko Wasis

alkisah pada satu masa nan uzur
tercerita lewat tutur leluhur
dari generasi ke generasi meluncur
menjadi dongeng pengantar tidur

cerita tentang dua anak manusia
yang lahir dari cangkang rahim yang sama
namun kumparan nasib membuatnya jadi beda
Joko Wasis dan Joko Bodo begitulah namanya

serupa siang dan malam antara keduanya
Joko Wasis sang kakak tampan rupawan nan hartawan
Joko Bodo sang adik buruk rupa miskin papa dan tiada pula berkawan
Inilah kisah sederhana tentang kejujuran yang bernasib buruk berpakaian kebodohan
melawan kelicikan yang lihai menyamar bak kepandaian

suatu ketika Joko Bodo hendak menyusul kakaknya ke Kota Raja
berkilo-kilo meter jarak dari desanya
hanya berjalan kaki yang ia bisa
lantaran tiada ongkos buat naik kereta kuda apalagi pesawat udara

Dalam perjalanan menuju kota tempat tinggal kakaknya
bertemu pertapa tua dengan blackberry di tangannya
jari-jarinya yang renta sibuk menjawab pertanyaan online sementara
mulutnya tak henti nyerocos bertanya
“perjalanan hendak kemana wahai anak muda”
Joko Bodo yang takjub tak sempat mengeluarkan suara
“wahai anak muda nan bisu dan tuli hendak kemana”
begitulah pertapa tua mengulang lagi pertanyaannya
tanpa melepas konsentrasi dalam mengupdate status FBnya
Joko Bodo terkesima tak kuasa berucap sepatah kata
hatinya berdebar aneh saat pertapa tua itu mendekati dan berkata
“kuberikan BBku beserta PINnya sebagai senjata bagimu untuk meneruskan perjalanan ke Kota Raja. 
Semoga selamatlah kau selamat dan selamat menempuh perjalanan”
usai berkata-kata dan menyerahkan BBnya
pertapa tua itu lenyap dari pandang mata
Joko Bodo melongo heran dan girang tiada terkira

Ringkas cerita sampailah Joko Bodo di rumah sang kakak di Kota Raja
usai menempuh perjalanan panjang ia tertidur di beranda
dalam letih yang merajam
orang-orang di rumah itu jijik menatap kumal mukanya
Joko Bodo yang kelelahan mengeraskan dengkurnya
Joko Wasis yang baru saja pulang dari kantornya
kaget dan malu didatangi adiknya
dengan segala cara ia usir adiknya dari rumahnya

Joko Bodo yang malang terluka hatinya
langit menangis tumpah air mata para dewa
para bidadari tak kuasa menahan pilu batinnya
matahari malu-malu menampakkan cahaya
dan rembulan pun memilih bobok manis di peraduannya
udara menahan nafas hingga cuaca sulit diterka apa maunya

Joko Bodo diam tak berbilang kata
dengus nafasnya mengguncangkan samodra
sungai-sungai mendidih airnya
gunung-gunung murka
dan lumpur panas menggelegak dimana-mana
ikan-ikan beterbangan dan burung-burung menyelam di lautan raya
desa-desa makin berwajah kota dan kota-kota justru menampak kampungannya.

Jogjakarta, 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Joko Bodo dan Joko Wasis" karya Catur Stanis adalah sebuah kisah yang menggambarkan perbedaan nasib antara dua saudara, Joko Wasis yang sukses dan Joko Bodo yang menderita kemiskinan. Puisi ini tidak hanya mengisahkan perjalanan fisik Joko Bodo menuju ke Kota Raja untuk menemui kakaknya, tetapi juga menggambarkan kontras sosial dan moral antara kedua karakter tersebut.

Tema Utama

  • Perbedaan Nasib: Puisi ini menyoroti perbedaan nasib antara Joko Wasis yang sukses secara material dan Joko Bodo yang hidup dalam kemiskinan dan kebodohan. Hal ini mencerminkan realitas sosial di mana faktor keberuntungan dan kesempatan dapat sangat memengaruhi kehidupan seseorang.
  • Kejujuran vs Kelicikan: Cerita menggambarkan kontras antara kejujuran yang diperjuangkan oleh Joko Bodo dengan kecerdikan dan kemelaratan Joko Wasis. Joko Bodo mewakili nilai-nilai kejujuran dan ketulusan, sementara Joko Wasis diilustrasikan sebagai sosok yang mungkin lebih terfokus pada kesuksesan material dan mungkin menggunakan cara yang tidak selalu jujur untuk mencapainya.
  • Perjalanan dan Pertemuan: Puisi ini membangun narasi perjalanan Joko Bodo dari desanya ke Kota Raja, menyoroti kesulitan dan rintangan yang dihadapinya di sepanjang jalan. Pertemuan Joko Bodo dengan pertapa tua memberikan elemen keajaiban dan bantuan yang tak terduga dalam perjalanan hidupnya.

Struktur dan Bahasa

  • Penggunaan Bahasa yang Imajinatif: Catur Stanis menggunakan bahasa yang imajinatif dan puitis untuk menggambarkan perjalanan dan peristiwa dalam puisi ini. Misalnya, deskripsi tentang pertapa tua yang sibuk dengan BlackBerry-nya menambahkan elemen modern yang kontras dengan setting tradisional.
  • Puisi Naratif: Puisi ini mengikuti alur naratif yang jelas, mulai dari latar belakang karakter, konflik yang dihadapi, hingga puncak emosional saat pertemuan antara Joko Bodo dan Joko Wasis.

Perasaan dan Emosi

Puisi ini menggambarkan berbagai perasaan dari karakter-karakternya, seperti keinginan Joko Bodo untuk menemui kakaknya, rasa keterkejutan dan kekecewaan saat bertemu kembali, serta perasaan mendalam tentang kesulitan hidup dan ketidakadilan sosial yang dialaminya.

Puisi "Sajak Joko Bodo dan Joko Wasis" adalah sebuah kisah yang melampaui sekadar narasi perjalanan fisik. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai kehidupan, perbedaan sosial, dan kompleksitas hubungan antara kejujuran dan kecerdikan dalam mencapai kesuksesan. Melalui penggunaan bahasa yang kaya dan imajinatif, Catur Stanis berhasil menghadirkan cerita yang tidak hanya memikat secara naratif, tetapi juga menggugah untuk berpikir lebih dalam tentang realitas sosial dan moral yang tergambar dalam kisah ini.

Catur Stanis
Puisi: Joko Bodo dan Joko Wasis
Karya: Catur Stanis

Biodata Catur Stanis:
  • Catur Stanis lahir dengan nama Catur Nugroho pada tahun 1969 di Ngampilan, Yogyakarta. 
  • Catur Stanis meninggal dunia pada tanggal 9 April 2015
© Sepenuhnya. All rights reserved.