Puisi: Jisim (Karya Harijadi S. Hartowardojo)

Puisi "Jisim" karya Harijadi S. Hartowardojo menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual melalui penggunaan bahasa yang penuh makna.
Jisim

Telah bermusim kudukung namamu
Terpahat di batu warna anggur. Kikisan
Angin memperdalam hurufnya
Di bawah kemuning sekali kita bersua
Kita pahatkan tanda pada kurun waktu
Bintang berguguran

Dan langit gelap jadi hitam kelabu
Musim ini kucoba
Menghembus nama dari batu warna anggur
Huruf-huruf baru telah kuukur
Tapi, ah, betapa panjangnya namamu
Satu huruf jingga
Akar-akarnya menghunjam sampai ke dada.

Sumber: Tonggak 2 (1987)

Analisis Puisi:

Puisi "Jisim" karya Harijadi S. Hartowardojo merupakan salah satu karya yang kaya dengan simbolisme dan metafora, menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual melalui penggunaan bahasa yang penuh makna.

Tema Utama

  • Kenangan dan Waktu: Tema kenangan dan berjalannya waktu sangat dominan dalam puisi ini. Penyair menggambarkan bagaimana nama seseorang terukir di batu warna anggur, yang kemudian terkikis oleh angin seiring berjalannya waktu. Ini mencerminkan bagaimana kenangan terpatri dalam ingatan tetapi juga bisa memudar atau berubah seiring waktu.
  • Keterikatan Emosional: Puisi ini juga menyentuh tema keterikatan emosional yang dalam. "Telah bermusim kudukung namamu" menunjukkan betapa lama dan kuatnya perasaan yang dimiliki penyair terhadap sosok yang namanya terukir tersebut. Akar yang menghunjam sampai ke dada melambangkan perasaan yang begitu dalam dan mengakar.

Struktur dan Gaya Bahasa

  • Simbolisme: Harijadi menggunakan banyak simbol dalam puisinya. Batu warna anggur melambangkan sesuatu yang berharga dan langka, mungkin perasaan atau kenangan yang sangat berharga bagi penyair. Kikisan angin memperdalam huruf-huruf di batu tersebut melambangkan bagaimana waktu dan pengalaman memperkuat kenangan tersebut.
  • Metafora: Metafora digunakan secara luas dalam puisi ini. Misalnya, huruf-huruf yang terukir dan akar-akarnya yang menghunjam sampai ke dada adalah metafora untuk perasaan dan kenangan yang sangat dalam dan kuat.
  • Imaji Visual: Imaji visual dalam puisi ini sangat kuat, dengan gambaran seperti batu warna anggur, huruf yang terkikis angin, dan akar-akarnya yang menghunjam. Ini menciptakan gambaran yang sangat jelas dan mempengaruhi perasaan pembaca.

Interpretasi

Puisi ini bisa diinterpretasikan sebagai refleksi penyair terhadap kenangan masa lalu dan perasaan yang mendalam terhadap seseorang atau sesuatu yang penting dalam hidupnya. Nama yang terukir di batu warna anggur mungkin melambangkan seseorang yang sangat berarti bagi penyair, dan proses waktu serta pengalaman memperkuat perasaan tersebut.

Kita juga bisa melihat bagaimana penyair mencoba mengukur huruf-huruf baru, yang bisa diartikan sebagai usaha untuk memahami atau memperbarui perasaan dan kenangan tersebut. Namun, panjangnya nama dan akar-akarnya yang menghunjam ke dada menunjukkan bahwa perasaan ini begitu kuat dan tidak mudah diubah atau dihapus.

Puisi "Jisim" karya Harijadi S. Hartowardojo adalah karya yang penuh dengan simbolisme dan metafora, menggambarkan kenangan dan perasaan yang mendalam yang terukir dalam diri seseorang. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan imaji visual yang kuat, Harijadi mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana kenangan dan perasaan tersebut terbentuk dan berubah seiring berjalannya waktu, serta bagaimana perasaan yang kuat bisa mengakar dalam jiwa seseorang. Puisi ini adalah refleksi mendalam tentang perjalanan emosional dan spiritual yang dialami oleh setiap individu.

Harijadi S. Hartowardojo
Puisi: Jisim
Karya: Harijadi S. Hartowardojo

Biodata Harijadi S. Hartowardojo:
  • Harijadi S. Hartowardojo (nama lengkap: Harjadi Sulaiman Hartowardojo / EyD: Hariyadi Sulaiman Hartowardoyo) lahir pada tanggal 18 Maret 1930 di Desa Ngankruk Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia.
  • Harijadi S. Hartowardojo meninggal dunia pada tanggal 9 April 1984 di Jakarta, Indonesia (dimakamkan di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia).
  • Harijadi S. Hartowardojo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 1950-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.