Puisi: Hari Penghabisan Letnan Dan (Karya A. Muttaqin)

Puisi "Hari Penghabisan Letnan Dan" karya A. Muttaqin menggambarkan kehidupan seorang letnan yang mengalami penderitaan dan konflik batin yang dalam.
Hari Penghabisan Letnan Dan

Di pondok pelacuran itu
ia isap cerutu buntu.

Di pondok pelacuran itu
ia sesap candu keluh.

Di pondok pelacuran itu
ia cecap bir terakhir

lalu bernyanyi-nyanyi ia
tentang buntung kakinya
tentang buntung nasibnya
tentang tititnya yang layu
sejak dirajam serpihan bom jahanam itu.

Ingin menari-nari ia
dengan buntung kakinya
menginjak-injak takdir
menginjak-injak gedung pemerintah
menginjak-injak markas tentara
lalu berteriak-serak
seperti Louis Amstrong

yang gelap melolong
memanggil tuhan
memanggil setan
memanggil perempuan.

Tidak, si Letnan tak hendak memanggil perempuan
sebab di pangkuannya
perempuan muda tengah mengejang
dengan dada terbuka
dengan birahi terbata-bata.

Di lantai tujuh pondok pelacuran itu
sekonyong-konyong ia melihat Forrest Gump
seperti jin semprul
menyembul dan melambai dari jendela.

Ke sana Letnan Dan menerjunkan diri
dan badannya yang remuk
tergilas mobil patroli.

2016

Analisis Puisi:

Puisi "Hari Penghabisan Letnan Dan" karya A. Muttaqin adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kehidupan seorang letnan yang mengalami penderitaan dan konflik batin yang dalam.

Tema Penderitaan dan Keputusasaan: Puisi ini menggambarkan keadaan seorang letnan yang berada di pondok pelacuran, merokok cerutu, menghisap candu, dan minum bir sebagai bentuk pelarian dari realitas pahit yang dihadapinya. Letnan ini digambarkan sebagai sosok yang hancur dan terpuruk akibat pengalaman traumatis, seperti kehilangan kakinya akibat serangan bom.

Kehilangan dan Trauma Perang: Sentimen kehilangan dan trauma perang sangat kuat terasa dalam puisi ini. Letnan Dan meratapi nasibnya yang kini hidup dengan kakinya yang buntung, melupakan masa lalu yang penuh harapan dan keberanian di medan perang. Dia berusaha mengekspresikan rasa frustasinya dengan berteriak dan bernyanyi, mirip dengan keputusasaan yang dirasakan oleh karakter Forrest Gump dalam kisahnya.

Konflik Batin dan Keputusasaan: Letnan Dan mengalami konflik batin yang dalam antara keinginan untuk mengekspresikan kemarahan dan keputusasaannya, sambil tetap berhadapan dengan realitas pahit di pondok pelacuran tersebut. Ia melihat Forrest Gump sebagai simbol kebebasan yang dicarinya, meskipun akhirnya nasib buruk menimpanya dalam bentuk kecelakaan tragis.

Citra dan Metafora yang Kuat: Puisi ini menggunakan citra-citra yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan yang dalam. Pondok pelacuran, rokok, candu, dan bir menjadi metafora dari kehidupan yang hancur dan pelarian dari realitas yang tidak bisa diubah. Forrest Gump muncul sebagai simbol dari keinginan untuk kebebasan dan kebebasan dari penderitaan.

Puisi "Hari Penghabisan Letnan Dan" adalah puisi yang menyentuh dan menggugah kesadaran akan penderitaan dan trauma yang dialami oleh mereka yang terlibat dalam konflik. Dengan gaya bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam, A. Muttaqin berhasil menghadirkan sebuah kisah yang mengundang pembaca untuk merenungkan kompleksitas manusia dalam kondisi terpuruk dan kehilangan.

A. Muttaqin
Puisi: Hari Penghabisan Letnan Dan
Karya: A. Muttaqin

Biodata A. Muttaqin:
  • A. Muttaqin lahir pada tanggal 11 Maret 1983 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.