Puisi: Haiku 12 Purnama (Karya Catur Stanis)

Puisi "Haiku 12 Purnama" karya Catur Stanis merupakan kumpulan haiku yang menggambarkan perjalanan emosional dan perubahan alam dalam rentang waktu ..
Haiku 12 Purnama

Januari
menggigil dalam bekap beku rembulan
yang memanggil waktu hujan
rindu membatu diluruhkan

Februari
pipi rembulan merona merah jambu
menyaksikan sepasang kekasih melontar rindu
dalam dekap diam berisik memaku lalu

Maret
meriang sekujur tubuh rembulan
dipapar rindu tak berkesudahan
pada musim membilang bimbang

April
bebunga ceria menampak senyuman
pada kelam kulum senyap rembulan
memeluk cinta tak berpenghabisan

Mei
rembulan menutup matanya sangsi
pada bumi memercik merah ngeri
segenap keji menancap diujung mati

Juni
tak ada hujan sapardi kali ini
serupa puisi sunyi ini menguar bunyi
gemerisik senyap gemuruh sepi

Juli
separuh jalan menuju duabelas
ambil saja satu dua gelas
jula juli menggelontor jelas

Agustus
panji-panji ditegakkan
janji-janji dikibarkan
menenggak kanji sesumbar dikabarkan

September
bulan pucat pasi
menggigil menahan nyeri
pada pertiwi yang melagukan sangsi

Oktober
tunas muda berseri
pada janji musim semi
merajut sumpah sampai mati

November
desing mesiu dan hujan peluru
mengendapendap di atap bisu
merobek warna biru pada tiang beku

Desember
hujan tak lagi asing
dan kita sibuk berpusing
menghingar malam berkeping.

Jogja, 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Haiku 12 Purnama" karya Catur Stanis merupakan kumpulan haiku yang menggambarkan perjalanan emosional dan perubahan alam dalam rentang waktu satu tahun. Setiap haiku dalam puisi ini menangkap momen-momen unik dan memberikan penggambaran yang kuat tentang suasana hati dan alam pada setiap bulannya.

Struktur dan Gaya

Haiku adalah bentuk puisi Jepang yang terdiri dari tiga baris dengan pola 5-7-5 suku kata, namun Catur Stanis tidak menggunakan pola tersebut. Dalam puisi "Haiku 12 Purnama," setiap bulan dalam tahun digambarkan dalam sebuah haiku yang mencerminkan karakteristik alam dan perasaan pada bulan tersebut.
  1. Januari: Haiku pertama menggambarkan bulan Januari dengan suasana yang dingin dan rindu yang membeku di bawah cahaya rembulan.
  2. Februari: Bulan Februari ditampilkan dengan warna merah jambu dan keintiman sepasang kekasih yang dilemparkan oleh rindu.
  3. Maret: Haiku ini mencerminkan keterpurukan dan rasa sakit yang tidak berkesudahan yang dirasakan bulan Maret.
  4. April: Bulan ini diilustrasikan dengan keceriaan bunga-bunga yang melambangkan senyuman di tengah kelamnya malam.
  5. Mei: Rembulan menunjukkan ketidakpastian pada bulan Mei, dengan kejahatan yang menciptakan rasa takut di sekitarnya.
  6. Juni: Haiku ini menggambarkan keheningan dan kesunyian yang melingkupi bulan Juni, mirip dengan suasana sunyi dalam sebuah puisi.
  7. Juli: Bulan Juli digambarkan dengan perjalanan menuju pertengahan tahun yang disertai dengan pesta dan kejelasan.
  8. Agustus: Haiku ini menampilkan kegagahan dan janji yang diumumkan di bulan Agustus.
  9. September: Bulan ini digambarkan dengan bulan yang pucat dan menderita yang menyuarakan rasa sakit pada bumi.
  10. Oktober: Haiku ini menampilkan keceriaan tunas muda dan komitmen abadi musim semi.
  11. November: Bulan ini dilambangkan dengan hujan peluru dan desing mesiu yang merobek biru langit.
  12. Desember: Haiku terakhir menggambarkan bulan Desember dengan hujan yang akrab dan sibuknya malam.

Tema dan Makna

Puisi "Haiku 12 Purnama" menggabungkan tema alam dan emosi manusia dengan indah. Setiap haiku tidak hanya menggambarkan suasana alam pada bulan tersebut tetapi juga mengekspresikan perasaan yang terkait dengan perubahan musim dan suasana hati manusia. Dari kegembiraan dan keceriaan hingga kesedihan dan ketakutan, puisi ini menangkap berbagai nuansa yang dialami manusia sepanjang tahun.

Puisi "Haiku 12 Purnama" karya Catur Stanis adalah kumpulan puisi haiku yang menawan dan mendalam. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini berhasil menghadirkan gambaran yang hidup tentang perjalanan waktu dan perubahan dalam alam serta dalam diri manusia. Melalui penggunaan gambaran alam dan perasaan manusia yang mendalam, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang siklus kehidupan dan kompleksitas emosi manusia yang tak terhindarkan.

Catur Stanis
Puisi: Haiku 12 Purnama
Karya: Catur Stanis

Biodata Catur Stanis:
  • Catur Stanis lahir dengan nama Catur Nugroho pada tahun 1969 di Ngampilan, Yogyakarta. 
  • Catur Stanis meninggal dunia pada tanggal 9 April 2015
© Sepenuhnya. All rights reserved.