Analisis Puisi:
Puisi "Erupsi" karya Catur Stanis adalah sebuah ungkapan perasaan yang mendalam terhadap bencana alam erupsi gunung Merapi. Puisi ini menggambarkan rasa cemas, nyeri, dan ketidakpastian yang dialami oleh penyair saat menghadapi erupsi gunung berapi yang berbahaya dan mengancam. Selain itu, puisi ini juga mencerminkan perasaan kehilangan dan keinginan untuk tidak pernah melupakan bencana tersebut.
Gambaran Erupsi Merapi: Puisi ini menggambarkan gunung Merapi sebagai "lengan merapi dalam erupsi padat berisi," mencerminkan bahaya dan kekuatan alam yang mendalam. Gunung tersebut diibaratkan sebagai sosok yang menakutkan dengan lukanya yang menganga di setiap lekuk dan ceruknya.
Perasaan Cemas dan Nyeri: Kata-kata "aku ditelikung cemas yang menggigilkan nyeri" mencerminkan perasaan takut dan cemas yang dialami oleh penyair saat menghadapi erupsi tersebut. Erupsi gunung berapi dapat menyebabkan banyak penderitaan, dan perasaan nyeri dan ketidakpastian dirasakan secara mendalam.
Penanda Abadi: Puisi ini menyebutkan bahwa luka-luka dan bekas erupsi gunung Merapi adalah "penanda abadi," yang memperingatkan dan mengingatkan manusia akan bahaya alam yang tak terduga. Erupsi menjadi pengingat akan kekuatan dan keagungan alam yang bisa datang kapan saja.
Perasaan Kehilangan: Puisi ini juga mencerminkan perasaan kehilangan. Kata-kata "pada bingkai sepi menunggu mati" mengungkapkan kesepian dan kehilangan yang dirasakan oleh penyair akibat bencana tersebut. Erupsi telah merenggut sesuatu yang berharga, dan penyair merasa ditinggalkan dalam kesendirian.
Misteri Mimpi yang Tercuri: Puisi ini menyentuh tentang "mimpi yang telanjur kau curi," mengacu pada kehilangan harapan dan impian yang mungkin sudah tidak bisa direalisasikan lagi. Mimpi yang dicuri menyiratkan adanya entitas atau seseorang yang bertanggung jawab atas bencana tersebut.
Kekhawatiran tentang Penyebab: Terakhir, puisi ini mengajukan pertanyaan "pada siapa kau sematkan ini ngeri," menunjukkan rasa kebingungan dan kekhawatiran tentang penyebab erupsi tersebut. Penyair merenungkan apakah ada pihak tertentu yang bertanggung jawab atau apakah erupsi adalah bagian dari kehidupan alam semesta yang harus diterima.
Puisi "Erupsi" karya Catur Stanis adalah ungkapan perasaan mendalam tentang erupsi gunung Merapi. Puisi ini menyoroti rasa cemas, nyeri, kehilangan, dan ketidakpastian yang dialami oleh penyair saat menghadapi bencana alam tersebut. Selain itu, puisi ini juga mencerminkan pemikiran tentang keagungan dan misteri alam serta kebingungan tentang penyebab bencana tersebut.
Puisi: Erupsi
Karya: Catur Stanis
Karya: Catur Stanis
Biodata Catur Stanis:
- Catur Stanis lahir dengan nama Catur Nugroho pada tahun 1969 di Ngampilan, Yogyakarta.
- Catur Stanis meninggal dunia pada tanggal 9 April 2015