Analisis Puisi:
Puisi "Doa Rumput Kering" karya Kuswahyo S.S. Rahardjo adalah karya yang memikat dengan bahasa yang kaya akan simbol dan imajinasi. Puisi ini mengeksplorasi tema spiritualitas dan transformasi, menghadirkan gambaran tentang kehidupan yang memiliki keterkaitan antara manusia, alam, dan keberagamaan.
Rerumput Kering dan Mulut Kambing: Puisi dibuka dengan gambaran rerumput kering yang "bebas dari mulut kambing." Rumput kering dapat diartikan sebagai metafora untuk kehidupan yang tandus atau mengalami kekeringan spiritual. Mulut kambing, dalam konteks ini, mungkin melambangkan keinginan atau dorongan yang terkait dengan hewan ternak, menghadirkan kontrast dengan keadaan rumput kering yang bebas.
Tajamnya Pandangan Rerumput Kering: Penggambaran rerumput kering yang "menatap tajam pada jeluk kedirianku" menciptakan citra kritis dan pemahaman mendalam akan keadaan eksistensial manusia. Rumput kering menjadi saksi atau pengamat yang memperhatikan secara intens kedirian seseorang.
Dendangkan Duka Lewat Dzikir Tanpa Henti: Puisi menunjukkan pemahaman spiritual melalui penggambaran rumput kering yang "dendangkan duka lewat dzikir tanpa henti." Dzikir, sebagai bentuk doa dan meditasi dalam Islam, menghadirkan gambaran tentang pencarian ketenangan dan kedamaian melalui spiritualitas.
Sukma yang Terbebas Sabit Petani: Gambaran sukma yang "terbebas sabit petani" memberikan kesan bahwa sukma atau jiwa merdeka dari belenggu atau kendala fisik. Sabit petani mungkin menggambarkan kehidupan dunia yang bersifat sementara, dan kebebasan sukma terletak pada pemahaman akan dimensi spiritual.
Lidah Akar yang Menyenyum: Puisi meresapi alam dengan gambaran lidah akar yang "menyenyummu" kemarin pagi. Lidah akar yang mencari bibir Tuhannya menghadirkan citra keinginan spiritual untuk mencapai kesatuan dengan yang Ilahi.
Transformasi Menjadi Kambing Petani: Selanjutnya, penyair menjelma menjadi seekor "kambing petani" dalam semadi. Ini adalah transformasi spiritual yang mencolok, menghadirkan citra perubahan dari kehidupan manusia ke dalam kehidupan hewan. Transformasi ini menunjukkan pengorbanan dan keterhubungan yang mendalam dengan alam.
Memenuhi Pinta dan Janji: Dalam transformasinya, kambing petani menjulurkan lidah pada rumput kering sisa, "memenuhi pinta" dan "mengantarnya sesuai janji." Ini dapat diartikan sebagai pemenuhan spiritual dan tanggung jawab terhadap kehidupan, serta pemenuhan janji terhadap Tuhan.
Lidah Akar dikecupi Bibir Tuhannya: Puisi diakhiri dengan gambaran lidah akar yang dikecupi bibir Tuhannya. Ini menciptakan citra keintiman dan penyatuan dengan yang Ilahi, menekankan akhir dari pencarian spiritual dan penerimaan oleh Sang Pencipta.
Puisi "Doa Rumput Kering" adalah puisi yang penuh dengan simbol dan makna mendalam. Kuswahyo S.S. Rahardjo berhasil menciptakan gambaran tentang perjalanan spiritual dan transformasi melalui penggunaan imajinatif dan bahasa yang indah. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan antara manusia, alam, dan keberagamaan, serta perjalanan pencarian makna hidup.